Kamis, 30 Desember 2010

Film Indonesia : Akibat Pergaulan Bebas

Tiga sekawan, Kanya, Dinda dan Zizi terjebak masuk dalam kehidupan Pergaulan Bebas. Akibat broken home membuat Kanya akhirnya jadi cewek panggilan. Bukan hanya itu, Kanya juga berusaha membujuk sahabatnya Dinda untuk ikut ke jalur yang sama, dengan dalih jadi model terkenal. Semula Dinda memang bisa menolak. Akan tetapi himpitan ekonomi yang menderanya, Dinda tak mampu bertahan. Keinginannya untuk terus melanjutkan kuliahnya dan bapaknya yang sakit keras, membutuhkan biaya cukup besar, Dinda tak punya pilihan lain, akhirnya bersedia menjadi seorang foto model. Kanya membawa Dinda kepada Boni, yang katanya bisa menjadikan Dinda seorang model terkenal dan cepat banyak uang.
akibat pergaulan bebas the movie
Tapi apa mau dikata, Dinda bukannya jadi model yang terkenal, tapi justru terjerumus juga kedalam kehidupan pergaulan bebas, menjadi cewek panggilan, seperti Kanya. Zizi lain lagi. Dia lebih memilih menjadi pacar gelap dari seorang lelaki yang telah beistri asal segala keinginannya dapat terpenuhi. Banyak uang dan hidup bersenang senang setiap hari. Tiada hari tanpa pesta.
Salah satu sahabat dekat Dinda, Gladis, anak tungal dari seorang pengusaha sekaligus pejabat yang sukses, telah berulang kali menasehati Dinda agar menjauhi Kanya dari pergaulannya yang salah. Gladis sangat yakin pengaruh buruk Kanya akan menghancurkan kehidupan Dinda yang sangat polos dan lugu. Tapi semua nasehat Gladis hanya angin lalu bagi Dinda.
Suatu malam, Boni dan Boy menjual Dinda pada seorang pejabat bernama Indra, yang tak lain adalah papanya Gladis. Keadaan itu jelas tidak mengenakan buat Dinda, tapi apa mau dikata, dia butuh uang banyak. Kejadian itu tercium oleh Gladis. Gladis marah besar pada papanya, dan berang pada Dinda. Gladis tak mau lagi berteman dengan Dinda. Kejadian itu membuat Dinda kacau, dia memutuskan untuk berhenti jadi cewek panggilan. Boy berang tak bisa menerima berhentinya Dinda. Bahkan dengan pukulan dari Boy, Dinda tetap tak bergeming, Dinda ingin keluar dari kehidupan yang penuh dengan dosa
Rupanya niat untuk berhenti jadi pelacur juga dilakukan oleh Kanya yang lebih dulu menyesali nasibnya. Kanya ingin kembali ke keluarganya yang sudah lama dia tinggalkan. Juga sama dengan Zizi, yang memilih menggugurkan kandungan, setelah dihamili Roy. Zizi meninggalkan Roy. Kanya, Dinda dan Zizi ingin kembali ke jalan yang baik. Namun niat itu mendapat hambatan yang keras dai Boy. Boy datang memaksa mereka untuk kembali melacur. Tiga sahabat itu kalap. Mereka bersama-sama melawan Boy, dan sebuah tusukan pisau membuat Boy mati
Jenis Film :Drama
Produser :Hm Firman Bintang
Produksi :Mitra Pictures
Cast & Crew
Pemain :
Uli Auliani
Samuel Zylgwyn
Sabai Morscheck
Leylarey Lesesne
Smitha Anjani
Ray Sahetapy
Sutradara :
Nayato Fio Nuala
Penulis :
Puguh P.s. Admadja
Mereka akhirnya melarikan diri, menyadari semua kesalahan yang sudah mereka lakukan. Mereka memutuskan keluar dari Kehidupan Pergaulan Bebas dan kembali ke jalan yang benar

Dapatkan segera VCD film "akibat Pergaulan Bebas" di  DREAM VISION HOME VIDEO [Sale dan Rental] yang telah tersedia...!

PREDATORS

Predators,. Sinopsis & trailer film Predators.
Predators adalah film sekuel dari Predator yang dibintangi oleh Arnold Schwarzenegger. Entah trailer ato reboot, Blogger Ceria juga kurang yakin sih. Hihi. Film Predators ini dibintangi antara lain oleh Adrien Brody, Topher Grace, Danny Trejo serta si cantik Alice Braga. ^^ Berikut ini resensi/sinopsis film Predators, langsung disimak aja :
Poster Film Predators
 MovieBercerita tentang tentara bayaran bernama Royce (Adrien Brody), diculik oleh alien yang dikenal sebagai predator. Ia dibebaskan di sebuah planet asing - hidup lebih mirip seperti sebuah permainan, beserta tujuh orang lainnya yang terdiri dari pembunuh berdarah dingin, sejumlah tentara bayaran dan tahanan.

Royce memimpin kelompok tersebut dan menyadari bahwa mereka berada dalam cengkeraman predator. Sewaktu berjuang untuk bertahan hidup, mereka berjumpa seorang tentara Amerika bernama Noland, yang ditugaskan ke planet tersebut bertahun-tahun sebelumnya dan berhasil bertahan dengan bersembunyi di gua. Noland menemukan bahwa selama bertahun-tahun predator telah berburu manusia dengan membuang mereka ke planet tersebut.. - 
Buat yang demen nonton bioskop, film ini bisa jadi pilihan. Biarpun banyak yang bilang kurang meyakinkan, coba ada dulu liat trailer film Predators dibawah ini. Hehe..
Dapatkan segera DVD film "PREDATORS" di  DREAM VISION HOME VIDEO  [Sale dan Rental] yang telah tersedia...!



Film Indonesia Terbaru - "Nakalnya Anak Muda"

Resensi dan Sinopsis film Nakalnya Anak Muda







Jenis Film : Thriller Produser : Karan Mahtani Produksi : Mitra Pictures Rating LSF : Remaja (teenage) Durasi : 75 Cast & Crew Pemain : Ratu Felisha, Uli Auliani, Fero Walandouw, Billy Ade Sumirat, Rozie Mahally, Rommy Ravalzy Sutradara : Nayato Fio Nuala Penulis : Farah Mandala


Jalan Cerita film Nakalnya Anak Muda

Berawal dari kehilangan Andien teman serumah dengan Renata. Semenjak acara pesta topeng, Andien menghilang. Sampai beberapa hari kemudian Andien pulang. Renata mulai berangsur tenang dan bahagia. Renata mengajak Andien untuk ikut sebuah pesta lagi. Di pesta itu Andien dan Renata berkenalan dengan Dicky, Andra, Pay dan Reno mengajak Andien dan Renata untuk berlibur kesebuah villa milik kakeknya Andra. Dan mereka pun setuju

Sebelum ke villa mereka harus melewati hutan-hutan dan air terjun. Villa yang cukup tua membuat Renata merasa aneh dan mengajak Andien untuk menginap di hotel. Tapi Andien memastikan Renata untuk sekali-sekali menginap ditempat seperti ini nggak ada salahnya. Justru di air terjun ini, satu per satu dari mereka tewas mengenaskan. Hanya Renata, Andra dan Dicky yang selamat dengan bantuan orang lain dan mereka di bawa kekantor polisi untuk meminta bantuan mencari teman-temannya yang hilang dihutan Sesampai dirumah Renata, Dicky yang awalnya ingin menemani Renata ternyata mulai diteror. Lalu Dicky menghilang. Renata yang mendapat kabar kalau Andien masih hidup langsung antusias mencari keberadaannya hingga kesebuah rumah kosong. Tapi yang ditemukan Renata sesosok Dicky yang sudah terikat dan ada luka yang berdarah diwajahnya seperti dipukul benda keras.

Siapakah pembunuh dibalik semua kematian tersebut?


Dapatkan segera VCD film "Nakalnya Anak Muda" di  DREAM VISION HOME VIDEO [Sale dan Rental]
yang telah tersedia...!

Video Hot Rahma Azhari Dalam Film "Rayuan Arwah Penasaran"

Rahma Azhari kembali dalam dunia akting. Kali ini dia beradegan hot dalam film terbarunya yang berjudul Rayuan Arwah Penasaran. Rahma Azhari yang memang terkenal dalam urusan foto dan video hot itu pun mengakui kalau dalam film terbarunya tersebut dia melakukan adegan ciuman dan mandi bersama dengan pemain prianya, yaitu Andreano Phillip.
Film Rayuan Arwah Penasaran rencananya akan ditayangkan pada tanggal 20 Mei 2010 besok. Itu pun kalau tidak ada larangan tampil oleh badan sensor film Indonesia. Yang pasti, kehadiran Rahma Azhari dalam film tersebut pastilah membuat penasaran para penggemar film bergenre horor-porno di Indonesia. Masih ingat dibenak kita, bagaimana kontroversi ciuman Dewi Persik dan Indra L Bruggman di film Tiran Mati Di Ranjang beberapa waktu yang lalu.
Bagaimana sebenarnya adegan ciuman dan mandi yang dilakukan Rahma Azhari di film Rayuan Arwah Penasaran. Yang pasti dia mengatakan ‘masak ada mandi pake baju?’. Apakah perkataannya tersebut menandakan bahwa Rahma Azhari benar-benar beradegan bugil pada film Rayuan Arwah Penasaran ini? Kita tunggu saja tayang perdana film ini pada tanggal 20 Mei 2010 nanti.

Dapatkan segera VCD film"Rayuan Arwah Peanasaran" di  DREAM VISION HOME VIDEO [Sale dan Rental] yang telah tersedia...!

Film Indonesia Terbaru - "Selimut Berdarah"

 - Selimut Berdarah dari judulnya sendiri kita bisa menebak film jenis apa ini ? yah film ini selimut Berdarah ini merupakan film horor/thriller/slasher yang temanya memang banyak diangkat di indonesia. film ini sendiri di bintangi oleh Enno Lerian dan Pinkan Mambo yang merupakan debut pertamakalinya di dunia perfilman.
Selimut
 Darah - Film Indonesia Terbaru
Di film Selimut Berdarah ini Pun Enno Lerian Seksi Berbikini
Mantan penyanyi cilik Enno Lerian ingin menyuguhkan sisi lain dirinya. Tampil perdana di layar lebar, perempuan berusia 26 tahun itu berani beraksi hanya dengan balutan bikini.
Di salah satu adegan 'Selimut Berdarah', Enno tampil dengan bikini dengan setting pantai. Enno mengaku penampilan seksinya di film itu masih dalam batas yang wajar.
"Ini pertama kali aku adegan berpakaian minim, tapi kan scenenya di pantai," ujar pelantun lagu anak 'Si Nyamuk Nakal' itu saat ditemui di Planet Hollywood, Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (12/7/2010).
Enno memiliki alasan tersendiri kenapa dirinya mau terlibat dalam penggarapan film itu. Ia tidak menyia-nyiakan kesempatan beradu akting dengan aktor senior Roy Marten.
Ibu satu itu pun tidak mau ambil pusing penampilannya di 'Selimut Berdarah' akan mempengaruhi imejnya. "Aku pikir adegannya masih dalam batas kewajaran, nggak ada yang aneh," jelasnya.
Foto Bikini Seksi Enno Lerian


enno lerian hot bikini foto 
hot seksi enno lerian bikini
Bagaimana Jalan Cerita atau Sinopsis Selimut Darah ? beginilah ceritanya
Sinopsis film Selimut Berdarah
Ria ( Enno Lerian),Gadis yang tinggal di pulau, cantik, sederhana dan sexy. Hidupnya berubah sejak pertama kali bertemu dengan Dicky {Dimaz andrean}, Melalui Pinkan (Pinkan Mambo), kakaknya Ria, Ria meminta pendapat untuk melangkah kedepan. Pinkan kurang setuju, begitu pun dengan Mawar(artis korea) sahabat Ria.
Hingga suatu malam Ria terjebak dalam suatu gerombolan anak-anak di bawah umur yang ususnya akan di jual oleh sindikat Rehman (Ananda George). Ria berhasil membebaskan mereka semua! Namun untuk membuktikan bahwa Rehman adalah dalang dari semua itu tidaklah mudah.
Dicky akhirnya menderita short term memories syndrome, dimana dia hanya bisa mengingat dalam waktu -/+ 10 menit saja dengan urutan kejadian yang ngacak.
Seorang dokter umum yang sedang mengambil spesialis syaraf yang sangat tertarik dengan Dicky secara fisik, Lena(Melina Zafar) seorang wanita cantik 27 Tahun, pintar, pemberani dan enerjik. Dia semakin tertarik ketika mengetahui dari Profesor pembimbingnya(Roy Marten) bahwa Dicky juga mengidap penyakit yang akan dianalis sebagai bahan penelitian kasus skripsinya kemudian. Dalam penyelidikan Lena tidak sendiri, di bantu oleh sahabat karibnya, Angga( Adhi Pawitra)

         Sadis...Seram...Tegang...!

Dapatkan segera VCD film "Selimut Berdarah" di  DREAM VISION HOME VIDEO [Sale dan Rental] yang telah tersedia...!

Rabu, 29 Desember 2010

'SPLICE', Usaha Menciptakan Species Baru

Pemain: Adrien Brody, Sarah Polley, David Hewlett



Manusia adalah makhluk yang dikaruniai akal dan berbeda dari binatang yang hanya mengandalkan nalurinya dalam bertahan hidup. Buat manusia, akal ini adalah senjata yang sangat ampuh. Bila diasah dengan baik maka akal akan menjadi senjata yang akan melindungi mereka dari ancaman yang ada di luar mereka. Tapi seperti juga kata orang, siapa yang hidup dengan pedang maka ia pun akan mati karena pedang.
Clive (Adrien Brody) dan Elsa (Sarah Polley) adalah dua ilmuwan hebat yang berencana untuk membuat terobosan dalam bidang rekayasa genetika. Mereka mencoba melakukan percobaan dengan DNA manusia dan menggabungkannya dengan DNA binatang untuk mendapatkan spesies baru. Tentu saja Clive dan Elsa tak mungkin melakukan eksperimen ini secara terbuka karena yang mereka lakukan ini adalah sesuatu yang ilegal secara hukum dan bertentangan dengan norma.
Di luar dugaan, ternyata eksperimen mereka berhasil. Hasil penggabungan DNA ini menghasilkan seorang bayi perempuan cacat yang mereka beri nama Dren (Delphine Chanéac). Anehnya, tak lama kemudian bayi cacat ini tumbuh menjadi seorang wanita cantik bersayap yang seolah sama sekali tak berbahaya. Di saat Clive dan Elsa lengah, Dren tiba-tiba saja berubah menjadi makhluk ganas yang justru malah mengancam keselamatan umat manusia.(kpl/roc)
Dapatkan segera DVD film SPLICE di  DREAM VISION HOME VIDEO [Sale dan Rental] yang telah tersedia...!


STREET DANCE 3D, Para Penari Jalanan

Pemain: Diversity, Flawless, George Sampson, Charlotte Rampling,Eleanor Bron, Nichola Burley, Patrick Baladi, Jocelyn Jee Esien, Richard Winsor,Jeremy Sheffield



Sinopsis:
Nasib penari jalanan memang kadang sangat mengenaskan. Mereka punya bakat, hanya saja kadang kondisi tidak berpihak pada mereka. Di saat-saat seperti ini, hanya kompromi yang bisa menjadi jalan keluar. Dan itu juga yang dilakukan para penari jalanan ini saat mereka kehilangan tempat untuk berlatih.
Kompetisi tari jalanan semakin dekat namun Breaking Point masih belum menemukan tempat latihan. Peluang memang ada tapi untuk itu mereka harus berkompromi. Sebuah sekolah tari bersedia meminjamkan tempat latihan dengan imbalan, lima dari murid sekolah tari ini diizinkan ikut jadi bagian dari tim Breaking Point.
Tak punya pilihan, Breaking Point terpaksa menerima tawaran ini. Awalnya, tambahan personil ini sempat jadi masalah. Breaking Point terbiasa menari secara bebas sementara lima murid sekolah tari ini terbiasa dengan aturan baku pada tari balet. Perbedaan ini harus bisa mereka selesaikan, atau Breaking Point tak akan pernah bisa ikut berlaga di kompetisi tari jalanan.
Resensi:
Genre dance sendiri termasuk genre yang jarang disentuh pembuat film. Seperti halnya film musikal, film dance biasanya punya 'konsumen' yang terbatas. Mungkin karena itu pula jarang ada film dance yang cukup bagus. Untungnya, STREETDANCE ini tak masuk kategori itu. Meski judul filmnya sendiri terasa terlalu 'renyah' namun sebenarnya ada beberapa poin yang bisa diunggulkan dari film ini.
Bisa dibilang 70% dari durasi film diisi oleh aksi para pemainnya saat memamerkan gaya tari mereka. Tapi di sela-sela acara rutin itu STREETDANCE masih menyisipkan sedikit sub plot tentang kisah kasih sang pemeran utamanya. Meski tak bisa jadi tontonan yang 'berbobot' tapi setidaknya akting para pendukungnya juga tak bisa dibilang buruk. Charlotte Rampling yang berperan sebagai Helena sang kepala sekolah Ballet Academy, misalnya, atau Nichola Burley yang dipercaya memerankan Carly.
Ditambah lagi dengan pengambilan angle yang tepat, STREETDANCE ini masih cukup layak disebut film yang menghibur. Nyatanya, sejak diedarkan akhir Mei lalu, film buatan Inggris ini berhasil mengumpulkan lebih dari 11 juta Poundsterling, padahal biaya pembuatan film ini hanya sekitar 4,5 juta Poundsterling saja.(kpl/roc)


Dapatkan segera DVD film STREET DANCE 3D di  DREAM VISION HOME VIDEO [Sale dan Rental] yang telah tersedia...!




'STEP UP 3-D',Para Penari dan Masalahnya

Pemain: Rick Malambri, Adam Sevani, Sharni Vinson, Alyson Stoner
Rating:

Sinopsis:
Menipu diri sendiri memang tak pernah mudah. Moose (Adam G. Sevani) tahu kalau ia tak mungkin mengingkari siapa dirinya. Ia terlahir sebagai penari meski orang tuanya selalu menentang keinginan Moose menjadi penari. Meski Moose telah berusaha menghindar dari arena tari namun sepertinya takdir selalu membawanya ke arah yang sama. Bahkan saat ia sudah berusaha untuk kuliah dengan baik.

Secara tak sengaja Moose bertemu Luke (Rick Malambri) yang ternyata adalah pemimpin kelompok tari yang menamakan diri mereka House of Pirates. Dari sebuah atraksi kecil melawan House of Samurai, Luke tertarik pada bakat Moose yang terpendam. Ia lantas mengajak Moose bergabung dengan House of Pirates, ajakan yang tak bisa ditolak oleh Moose.

Sejak bergabung House of Pirates, Moose jadi semakin kesulitan membagi waktu antara menari dan kuliahnya. Di saat yang sama, Luke juga mengalami masalah. Pertemuannya dengan Natalie (Sharni Vinson) ternyata malah mendatangkan masalah baru. Belum lagi House of Samurai yang berambisi menggulung House of Pirates agar tim tari ini tak bisa ikut berlaga di kontes tari World Jam.

Di titik kritis ini House of Pirates yang sudah siap terjun ke World Jam malah harus terpecah belah karena berbagai masalah yang mereka hadapi. Kini semua tergantung Moose. Bisa saja ia kembali kuliah dan melupakan apa yang ia alami bersama para Pirates atau ia malah memilih menyatukan lagi para Pirates untuk berlaga di World Jam.

Review:
Genre dance memang selalu mendatangkan masalah buat sutradara. Kalau sutradara memilih aktor yang andal dalam berakting, masalah akan muncul saat adegan tari harus dilakukan. Tak semua aktor atau aktris bisa menari dengan baik. Sebaliknya bila memilih penari maka konsekuensinya adalah akting yang buruk. Jarang ada penari yang juga adalah seorang aktor atau aktris. STEP UP 3D ini juga mengalami dilema yang sama.

Karena keputusan tetap harus dibuat, Jon Chu yang dipercaya sebagai sutradara akhirnya menjatuhkan pilihan pada opsi kedua. Ia memilih para penari. Sebagai konsekuensinya, akting mereka memang tak bisa diandalkan. Jangan berharap bisa terlibat dengan para aktor atau aktris ini secara emosional karena mereka sama sekali tak meyakinkan. Kisah yang ditawarkan juga generik. Semua film dari genre dance selalu menawarkan alur kisah yang sama. Kalau tak percaya, coba saja lihat film-film tari sebelumnya. Bahkan sampai saat munculnya demam break dance di tahun 80-an pun alur kisah seperti ini juga yang diusung ke layar lebar.

Dan karena STEP UP 3D adalah film dance maka tak ada gunanya membahas masalah akting atau alur cerita. Yang jadi sajian utama memang kepiawaian mereka mengolah gerak menjadi sebuah tontonan yang menarik untuk dipelototi. Dan karena para pendukung film ini semuanya adalah penari, maka bisa dipastikan tak ada masalah di sektor ini. Untungnya lagi, dengan teknologi 3D, gerak tubuh para penari ini bisa lebih dieksploitasi lagi dengan baik. Itu saja.(kpl/roc)

Dapatkan segera DVD film STEP UP 3-D di  DREAM VISION HOME VIDEO [Sale dan Rental] yang telah tersedia...!

Jumat, 24 Desember 2010

'RED', Kalau Para Pensiunan Turun Tangan

 - Pemain: Bruce Willis, Mary-Louise Parker, John Malkovich, Morgan Freeman, Helen MirrenRating: 3,5 star
Oleh: Fatchur Rochim
Sinopsis:
Orang bilang, bekerja di bidang intelijen artinya bekerja seumur hidup. Bisa dimengerti karena terlibat dalam urusan rahasia negara jelas membuat para pelakunya jadi target orang-orang yang berminat pada informasi rahasia atau malah orang dalam agency sendiri yang tak menginginkan rahasia negara ini sampai bocor.

Frank Moses (Bruce Willis) sadar benar akan risiko itu namun ada saat ketika orang lengah dan tak ingat lagi pada konsekuensi dari pekerjaan itu. Saat pensiun, Frank berharap bisa hidup tenang sebagai warga masyarakat biasa namun sayangnya, masa lalunya sebagai mantan agen CIA seolah tak mau melepasnya pergi begitu saja.
Suatu ketika, Frank diserang sekelompok orang dengan senjata canggih namun untungnya Frank bisa lolos. Dari cara mereka bertindak, Frank tahu kalau orang-orang yang mengincar nyawanya itu adalah agen CIA. Sadar kalau tak mungkin meminta bantuan ke bekas tempatnya bekerja itu, Frank hanya punya satu tujuan: orang-orang yang dulu bekerja bersamanya selama di CIA. Bersama Victoria (Helen Mirren), dan Joe (Morgan Freeman), Frank menempuh perjalanan panjang menuju markas besar CIA untuk mengungkap sejarah hitam Amerika.

Review:
Saat pertama melihat daftar pemain film berjudul RED ini, pertanyaan pertama yang muncul adalah, "Kenapa bisa ada nama Helen Mirren di sana?" Mengejutkan memang karena selama ini aktris Inggris ini lebih identik dengan film-film drama. Malahan karena reputasinya memerankan Sang Ratu Inggris, ia sampai sering disebut The Queen. Yang pasti, kalau nama Helen Mirren masuk dalam daftar pemain, bisa jadi ada yang menarik dari film laga berbau komedi ini.
Ternyata dugaan itu memang tak salah. Meski nama Helen Mirren bukan nama paling atas namun bisa dibilang kalau aktris senior ini adalah pemain yang paling bersinar dalam film ini. Entah karena kita jarang melihat Helen beraksi secara fisik atau karena aktris ini sanggup menghidupkan karakter Victoria yang ia perankan tapi yang jelas ini adalah filmnya Helen Mirren.

Kisahnya memang tak terlalu muluk-muluk. Maklum film ini diadaptasi dari graphic novel yang rata-rata memang tak menawarkan terlalu banyak, kecuali versi hard copy WATCHMEN mungkin. Bagusnya, Robert Schwentke tak berusaha untuk 'menyamarkan' film ini sebagai film drama berkualitas tinggi. Dengan cerita yang sederhana, sang sutradara mampu meramu adegan demi adegan dengan baik dan hasilnya adalah tontonan yang menghibur.
Tentu saja itu semua tak ada artinya kalau para pendukung film ini tak memberikan yang terbaik. Bruce Willis jelas tak punya banyak masalah memerankan karakter Frank karena karakter seperti ini memang sudah makanan Bruce sehari-hari. Hal yang sama juga berlaku untuk Morgan Freeman dan John Malkovich. Karena itu tak salah rasanya jika memberi nilai lebih pada Helen Mirren yang ternyata juga bisa beraksi dengan senapan mesin.

Dapatkan segera DVD Film  "RED"   di DREAM VISION HOME VIDEO [Sale & Rental]  telah tersedia...!

" REIGN OF ASSASSINS ", Lari Dari Masa Lalu

Pemain :: Michelle Yeoh, Jung Woo-sung, Wang Xueqi,  
Barbie Hsu, Shawn Yue, Kelly Lin, Guo Xiaodong, Jiang Yiyan



Sinopsis:
Legenda mengatakan barang siapa memiliki abu mayat biksu Budha yang ada di sebuah biara akan memiliki kekuatan untuk menguasai dunia persilatan. Berharap bisa menjadi yang paling berkuasa, kelompok penjahat yang menamakan diri mereka The Dark Stone pun mengutus salah seorang anggota mereka untuk mengambil abu suci ini.
Sayangnya, sebuah tragedi membuat pembunuh yang bernama Drizzle (Kelly Lin) ini memutuskan untuk meninggalkan The Dark Stone dan memulai hidup baru. Ia pun lantas mengubah penampilannya dan berganti identitas menjadi Zeng Jing (Michelle Yeoh). Zeng lantas mengawali hidup baru dengan membuka sebuah toko pakaian dan meninggalkan kehidupan kelam yang dulu sempat ia jalani.
Zeng lantas bertemu seorang pria muda bernama Ah-Sheng (Jung Woo-sung). Mereka berdua kemudian menikah. Suatu ketika, saat Zeng berada di sebuah bank kelompok The Dark Stone berusaha merampok bank itu. Zeng yang tak ingin jatuh korban terpaksa turun tangan dan membuat identitasnya terungkap. Kini mau tak mau Zeng harus menghadapi Lei Bin (Shawn Yue), Turquoise (Barbie Hsu), dan Magician (Leon Dai) yang dikirim The Dark Stone untuk merebut abu mayat sang biksu yang disembunyikan Zeng.(kpl/roc)
Genre:Martial Arts
Release Date:September 28, 2010
Director:Su Chao-Pin, John Woo
Script:Su Chao-Pin
Producer:John Woo, Terence Chang
Distributor:Golden Village Pictures
Duration:117 minutes
Budget:US$14 million
Official Site:www.mediaasia.com/reignofassassins


Dapatkan segera DVD film "REIGN OF ASSASSINS"  di  DREAM VISION HOME VIDEO [Sale & Rental] yang telah tersedia...!

                                           

LEGEND OF THE GUARDIANS : THE OWLS OF GA 'HOOLE', Perjalanan Mencari The Guardians

Pemain: Jim Sturgess, Geoffrey Rush, Emily Barclay, Anthony LaPaglia,  
David Wenham, Ryan Kwanten, Helen Mirren, Sam Neill, Hugo Weaving


Sinopsis:
Buat Soren (Jim Sturgess), mendengarkan kisah legendaris yang dituturkan ayahnya adalah sesuatu yang tak pernah membosankan. Legenda The Guardians yang melindungi para burung hantu dari ras Pure Ones yang ingin berkuasa selalu menjadi sumber inspirasi Soren yang ingin bisa menjadi salah satu The Guardians. Soren memang tak pernah tahu kalau apa yang ia harapkan ini bakal jadi kenyataan. Tapi tentu saja untuk bisa mewujudkan impian itu Soren harus berjuang sekuat tenaga.
Berbeda dengan Soren, Kludd (Ryan Kwanten), saudaranya sama sekali tak tertarik dengan kisah kepahlawanan ini. Buat Kludd kisah legenda ini hanyalah mimpi belaka. Suatu ketika, saat mereka saling dorong di atas sarang merek di atas pohon, Soren dan Kludd ditangkap oleh pasukan Pure Ones yang dipimpin oleh Metalbeak (Joel Edgerton) dan Nyra (Helen Mirren).
Soren dan Kludd dibawa ke tempat pelatihan para burung hantu yang akan dijadikan tentara untuk melawan The Guardians. Dengan bantuan Gylfie (Emily Barclay), Soren berhasil meloloskan diri dan berangkat menuju Great Ga'Hoole Tree, tempat persembunyian The Guardians. Dalam perjalanan mereka bertemu Twilight (Anthony LaPaglia), Digger (David Wenham), dan Mrs. Plithiver (Miriam Margolyes) dan berangkat bersama menuju Great Ga'Hoole Tree. Di saat yang sama Kludd ternyata berhasil dibujuk untuk bergabung dengan prajurit Pure Ones dan melawan The Guardians.
Resensi:
Mengingat LEGEND OF THE GUARDIANS: THE OWLS OF GA'HOOLE ini adalah hasil adaptasi dari buku fantasi karya Kathryn Lasky, sepertinya ada sedikit masalah dalam penerjemahan buku ke bentuk naskah film. Paling tidak, versi bukunya ditujukan untuk anak-anak dan itulah yang rasanya tak tersampaikan dalam bentuk visual yang juga dipaket dalam versi 3D ini. Sepertinya film ini kurang tepat dikonsumsi anak-anak.
Masalahnya, adegan kekerasan sepertinya adalah nuansa yang diusung film ini. Mungkin malah lebih tepat kalau film ini dikonsumsi mereka yang sudah remaja meski di situs resminya jelas terpampang logo PG alias Parental Guide yang artinya film ini bisa dikonsumsi mereka yang berusia antara 8 tahun sampai dengan 12 tahun. Meski tak bisa secara langsung dibandingkan dengan 300, misalnya, namun dua film ini sebenarnya mengusung nuansa yang kurang lebih sama.
Masalah lain yang dihadapi oleh LEGEND OF THE GUARDIANS: THE OWLS OF GA'HOOLE adalah naskah yang lemah. Ini cukup bisa dimaklumi karena film ini sebenarnya adalah 'rangkuman' dari tiga buku pertama dalam serial GUARDIANS OF GA'HOOLE yang terdiri dari 15 seri. Bayangkan saja! Sebagai akibatnya, banyak karakter yang sebenarnya tak tergali cukup dalam. Ada kesan terburu-buru karena memang durasi tak memungkinkan berlama-lama di satu titik.
Untungnya film ini tertolong oleh dua hal, pertama adalah para pengisi suaranya dan kedua adalah sisi visualnya yang memukau. Deretan nama besar seperti Jim Sturgess, Geoffrey Rush, Anthony LaPaglia, Ryan Kwanten, Helen Mirren, Sam Neill, dan Hugo Weaving jelas bukan orang baru di dunia seni peran dan sisi tampilan visual dari film animasi ini jelas tak bisa dianggap remeh.

Dapatkan segera DVD film "Legend of the Guardians : The Owls of Ga 'Hoole'  di  DREAM VISION HOME VIDEO [Sale & Rental] yang telah tersedia...!


Centurions

Menghadapi Serangan Bangsa Picts


Sinopsis:
Tahun 117 Sebelum Masehi, kekaisaran Romawi telah berhasil menaklukkan banyak wilayah. Bahkan sampai Mesir dan Spanyol pun saat itu bertekuk lutut di bawah kekaisaran Romawi. Sayangnya, masih ada satu ganjalan yang belum bisa dituntaskan tentara Romawi yang gagah perkasa. Ada satu suku di Skotlandia yang masih memberontak dan tak ada pasukan Romawi yang berhasil menaklukkan suku ini.
Quintus Dias (Michael Fassbender) adalah Centurion pasukan Romawi yang berhasil lolos dari sergapan pasukan bangsa Picts. Seluruh pasukan Quintus dibantai habis dan hanya Centurion ini saja yang berhasil lolos. Untungnya Quintus bertemu pasukan Romawi yang dipimpin oleh Titus Flavius Virilus (Dominic West).
Titus sendiri sebenarnya ditugaskan untuk menumpas bangsa Picts dan membunuh pemimpinnya. Sayangnya misi ini juga tak berjalan dengan lancar karena tak lama kemudian pasukan Titus juga menghadapi serangan bangsa Picts. Kali ini hanya ada enam orang saja yang berhasil selamat termasuk Quintus Dias. Kini Quintus tak lagi bisa menghindar. Ia harus memimpin lima orang bawahannya untuk menyelamatkan Titus sebelum mereka semua bisa pulang kembali ke markas pasukan.
Resensi:
Walaupun mungkin masih tak sebanding dengan GLADIATOR ataupun 300 namun CENTURION juga tak bisa dipandang sebelah mata. Naskah memang tipis namun sepertinya memang bukan itu tujuan Neil Marshall membuat film berlatar sejarah ini. Sebagai sebuah hiburan, CENTURION tetaplah film yang menarik meski di sana-sini masih ada yang seharusnya bisa diperbaiki.
Seperti sudah disebut, naskah film ini terlalu tipis. Alur kisah yang ditawarkan sangat sederhana. Masih seputar Legion kesembilan yang legendaris itu. Tak ada yang magis soal film ini. Titik pusat film ini adalah pada pertempuran sengit yang terjadi saat itu. Agaknya, meski masih berbau fiksi namun Neil tak mau menyentuh urusan sihir agar tak terlihat mengekor beberapa film lain yang sempat dibuat.
Neil cukup efektif dalam menangkap gambar. Sebagian besar pengambilan gambar dilakukan dari jarak jauh sehingga pemandangan indah Skotlandia bisa terekspos dengan baik. Sayangnya ini justru membuat para pemeran seolah tak begitu penting lagi. Neil juga tak terjebak membuat aktor dan aktris terlihat tampan dan cantik karena memang begitu seharusnya. CGI memang tak terlalu mewah namun masih dalam batas efektif untuk membuat semuanya terlihat realistis.
Dari sisi akting, Michael Fassbender, Dominic West, dan Olga Kurylenko jelas tak banyak masalah tapi kalau mau jujur, yang paling menarik mungkin adalah akting Olga yang terlihat lebih baik daripada saat ia bermain sebagai Bond Girl. Chemistry antara Michael Fassbender dan Imogen Poots pun terlihat alami sementara Dominic West juga layak memerankan Virilus.


Dapatkan segera DVD film "Centurion" di DREAM VISION HOME VIDEO...!

Silahkan tonton trailer film "Centurion" di bawah ini...!

Senin, 13 Desember 2010

HARRY POTTER and the DEATHLY HALLOWS ( PART 1 )

Menjelang Babak Akhir Sang Penyihir

 Judul: Harry Potter and the Deathly Hallows (Part 1)
Sutradara: David Yates
Skenario: Steve Kloves, berdasarkan novel karya J.K. Rowling
Pemain: Daniel Radcliffe, Rupert Grint, Emma Watson, Ralph Fiennes, Bill Nighy
Produksi: Warner Bros


Di sebuah malam, terdengar langkah tergesa yang menyeruak gelap. Wajah Severus Snape (Alan Rickman) muncul. Dia si pengkhianat, yang di lima novel Harry Potter posisinya tak pernah jelas. Dan pada novel dan film keenam, barulah kita melihat, bahkan Dumbledore-sang penyihir terkemuka-bisa naif dan terlalu percaya kepada penyihir yang salah. Kini tak ada keraguan lagi, dalam episode ini, Snape sang mata-mata Lord Voldemort yang malam itu tengah mengadakan pertemuan dengan anak buahnya. Agenda pertemuan: memburu Harry Potter. "Dia adalah bagianku," kata Lord Voldemort (Ralph Fiennes) ketika Bellatrix Lestrange (Helena Bonham-Carter) mengungkapkan kegairahannya untuk membunuh penyihir yang kini sudah menanjak dewasa itu.

Dunia Hogwarts dan dunia sihir sudah berubah gelap. Sejak tewasnya kepala sekolah Hogwarts, Albus Dumbledore, penyihir terkemuka dan pelindung Harry Potter, runtuhlah segala rasa aman. Menteri Sihir Rufus Scrimgeour (Bill Nighy) mengumumkan secara resmi bahwa bahaya ada di setiap sudut. Sekolah Hogwarts ataupun Kementerian Sihir kini sudah dikuasai Lord Voldemort dan antek-anteknya. Artinya, para "manusia biasa" (yang dihina sebagai "mudblood") atau para pemberontak anti-Voldemort akan segera tewas. Kehidupan dihantui rasa waswas, karena setiap hari ada saja pengumuman daftar mereka yang "hilang" atau tewas.

Dan ketegangan itulah yang kita rasakan sepanjang film. Perjalanan trio Harry-Ron-Hermione mencari lima dari tujuh ajimat Horcrux-yang merupakan belahan jiwa Voldemort yang menyebabkan penyihir jahat ini imortal-adalah perjuangan mereka menyelamatkan umat penyihir (dan manusia).

Episode ketujuh seri Harry Potter yang terbagi dua ini sudah dinanti-nanti dengan harap cemas oleh para penggemar novel dan filmnya. Inilah saat-saat kita akan berpisah dengan dunia yang sudah mengguncang dunia imajinasi kita selama bertahun-tahun. Sutradara David Yates kini langsung terjun pada pokok persoalan; tanpa perkenalan, tak peduli penontonnya pasti ada yang belum pernah membaca atau menyaksikan seri sebelumnya. Kali ini bagian pertama (dan kedua) Harry Potter and the Deathly Hallows langsung menggunakan bahasa Potter yang hanya akan dipahami oleh para pengikutnya. Ketiga remaja di awal film mengucapkan selamat tinggal (sementara) pada rumah dan keluarganya. Harry memandang keluarga paman dan bibinya yang tergesa mengungsi. Hermione menyihir orang tuanya agar mereka lupa akan dirinya sesaat. Adegan yang menyayat sekaligus mendebarkan.

Yates tak lupa humor. Agar Harry Potter bisa dipindahkan tanpa gangguan, tokoh Mad-Eye Moody (Brendan Gleeson) memberikan cairan polyjuice kepada rekan-rekannya sesama Order of the Phoenix agar mereka semua berubah bentuk menjadi Harry Potter untuk mengelabui musuh. Maka kita melihat tujuh orang Harry Potter terbang membelah angkasa London menuju rumah keluarga Weasley. Untuk 20 menit pertama saja, dengan kejam, tanpa ampun Yates sudah menjatuhkan korban (ya, Saudara-saudara, pada episode ini dan yang terakhir, kalau Anda pembaca novelnya, Anda sudah tahu: korban akan semakin banyak). Kita seperti dihadapkan pada sebuah persiapan perang mahabesar yang merobek hati.

Pesta perkimpoian abang Ron, Bill Weasley, dan Fleur (bidadari yang kita kenal pada episode Harry Potter and the Goblet of Fire) diwarnai keprihatinan. Pesta itu tetap diadakan karena mereka ingin mencoba berbahagia di antara rasa waswas dan sedih. Di antara puluhan tamu, Harry tetap menemukan banyak tanda ganjil yang kelak membuka jalan untuk membasmi Voldemort. Kalung yang dikenakan ayah Luna Lovegood, Xenophilius Lovegood (Rhys Ifans), dan kisah Elphias Doge, penulis obituari Dumbledore yang mengungkap masa kecil Dumbledore yang tak diketahui banyak orang, perlahan terbentuk. Pada saat itulah terjadi penyerangan hebat. Kali ini trio Harry-Ron-Hermione tak lagi bisa mengucapkan pamit. Mereka langsung menyelinap (dengan ilmu apparate) dan tiba-tiba saja sudah menyembul di tengah Kota London yang ramai.

Sejak itu, hidup trio remaja ini seperti buron yang dikejar-kejar aparat yang keji. Bahkan di kafe yang sepi, dengan sigap mata Harry bisa melihat gerak-gerik tangan penyihir anak buah Voldemort. Pertempuran segera berlangsung. Di setiap pojok Kota London, mereka diburu. Apa daya, mereka harus mencari Horcrux sialan itu. Ada di mana? Di Kementerian Sihir.

Berdasarkan analisis Hermione si kutu buku dan temuan kode-kode serta warisan Dumbledore kepada mereka, akhirnya ketiganya nekat mengubah diri menjadi tiga penyihir dari Kementerian Sihir-untuk menyelinap dan merebut Horcrux yang tengah dikenakan Dolores Umbridge.

Di sinilah film Harry Potter mencapai salah satu titik tegang tertinggi. Ketiganya menyamar. Kita berdebar karena identitas mereka akan mudah terungkap. Bukankah mereka berada di sarang penyihir jahat? Apakah mereka berhasil mendapatkan kalung Horcrux yang berisi salah satu helai jiwa Voldemort?

Meskipun sudah berhasil mencengkeram kalung itu, trio penyihir muda ini harus bersembunyi di hutan dan bergerak secara gerilya (gaya penyihir). Artinya, Hermione menggunakan aji-aji untuk melindungi diri dari penglihatan "mata biasa", agar siapa saja yang lewat tak bisa melihat kemah mereka di tengah hutan. Periode di hutan dan pinggir pantai inilah yang mungkin membuat para penonton agak "lelah". Inilah fase persahabatan ketiga sahabat ini ditantang.

Kita sudah terbiasa menyaksikan mereka diselimuti tembok perlindungan sekolah Hogwarts dan dahsyatnya kesaktian Dumbledore. Kini mereka seperti anak yatim yang terpaksa mandiri dan dibebani tugas menyelamatkan dunia dari kehancuran dan kegelapan. Gara-gara kalung berisi sehelai Horcrux yang mereka bawa ke mana-mana, terjadilah pertengkaran hebat antara Ron dan Harry. Kita sudah telanjur tahu mereka sahabat sejati. Mereka bertengkar hebat dan berpisah.

Adegan kasih sayang persahabatan yang semakin erat antara Hermione dan Harry serta adegan dansa yang jenaka sekaligus pedih memperlihatkan akhirnya mereka sudah menjadi aktor yang sesungguhnya (ingat betapa kaku dan datarnya akting mereka pada Harry Potter pertama dan kedua). David Yates sudah berhasil mengeluarkan sinar tiga aktor ini, terutama Rupert Grint, pemeran Ron Weasley.

Bangunan emosi persahabatan pada paruh kedua film ini-yang mungkin membosankan bagi mereka yang menunggu adegan pertempuran-diwarnai adegan animasi yang unik. Hermione membacakan dongeng tiga abang-adik yang mencari tiga kesaktian sebelum kematian datang. Diiringi suara Hermione, dongeng ini disajikan dalam bentuk serangkaian animasi yang gelap dan purba. Ini salah satu bagian terbaik. Bukan saja membuka kode-kode yang mereka cari, visualisasi itu memang hanya bisa terjadi di dalam film.

Seperti juga kisah-kisah perang besar di dunia, katakanlah Bharatayuda, bagian awal selalu memunculkan pertempuran dengan para pemegang ujung tombak. Jadi jangan berharap perang fisik antara Harry dan Voldemort sudah terjadi. Sabarlah. Itu disimpan untuk babak akhir. Tapi, sebagaimana biasa, J.K. Rowling memang merasa harus kejam. Orang baik bertumbangan menjadi korban. Harry semakin pecah hatinya. Harus berapa orang lagi yang tewas sebelum akhirnya dia bisa menghajar makhluk terjahat di dunia yang bernama Voldemort itu?

Pertemuan trio muda melawan penyihir psikopat Bellatrix Lestrange adalah salah satu adegan terkeji (dan itulah sebabnya film ini bukan lagi film anak-anak). Adegan penyiksaan yang sebetulnya tak terlalu grafis ini tetap saja menimbulkan imaji yang hitam dan melahirkan trauma.

Film Harry Potter and the Deathly Hallows (bagian pertama) ini memang sebuah persiapan menuju perang besar dan titik akhir. Di antara persiapan itu terjadi beberapa pertempuran yang menyebabkan kematian, kerusakan tubuh, terkikisnya persahabatan, dan (yang paling mengharukan) sentuhan dengan sejarah: pertemuan Harry dengan makam orang tuanya.

Pada bagian ini, kita melihat sisi "kemanusiaan" para penyihir hebat itu: hati yang pecah berkeping dan upaya penyusuran identitas diri. Juli tahun depan, kita sudah harus bersiap mengucapkan selamat tinggal kepada dunia Harry Potter. Selamanya.

(Dari Majalah TEMPO Edisi 22 November 2010)




Pingin nonton trailer film "HARRY POTTER and the DEATHLY HALLOWS [Part 


DVD film "HARRY POTTER and the DEATHLY HALLOWS [Part 1]" telah tersedia di  DREAM VISION HOME VIDEO [Sale and Rental]

Pingin nonton trailer film "HARRY POTTER and the DEATHLY HALLOWS[Part1] 

Rabu, 08 Desember 2010

Devil' Aksi Teror Kematian

31 August 2010 13:32:37 WIB
Bojana Novakovic dicekam rasa takut saat menyaksikan gambaran pembunuhan dalam sebuah lift ketika ia tengah terjebak bersama empat orang asing.

               
See larger image
Gambaran menakutkan akan teror dalam sebuah lift menjadi fokus utama dalam klip pertama film "Devil" arahan sutradara M. Night Shyamalan. Dikemas dengan suasana kelam, klip tersebut memperlihatkan saat Bojana Novakovic mengalami penampakan samar-samar tentang peristiwa horor yang terjadi di dalam lift tersebut.

Sementara Bojana dicekam rasa takut menyaksikan gambaran kematian orang-orang yang terbunuh dalam lift itu, keempat orang lainnya tengah saling mengawasi satu sama lain. Suasana menjadi kian menegangkan ketika Bojana diserang saat lampu dalam lift tidak menyala.

Film "Devil" produksi Universal Pictures ini menceritakan tentang peristiwa horor yang terjadi di sebuah lift. Berlatar sebuah gedung perkantoran, lima orang yang terjebak dalam sebuah lift tiba-tiba diserang secara misterius. Dalam usaha mereka untukmenyelamatkan diri, kelima orang tersebut memiliki kecurigaan bahwa iblis telah menjelma sebagai salah satu diantara mereka. Film yang dibintangi oleh Chris Messina, Geoffrey Arend, Matt Craven, Jenny O'Hara, Bokeem Woodbine dan Logan Marshall-Green ini rencananya akan tayang perdana September mendatang.


Pingin nonton Trailer film " DEVIL " klik link di bawah ini
                                http://movies.yahoo.com/movie/1810055811/video
                           

Dapatkan segera  DVD film "DEVIL" telah tersedia di  DREAM VISION HOME VIDEO [ Sale and Rental ]

"THE TOWN", Perampok Juga Punya Cinta

Dated Released : 17 September 2010
Quality : DVDRip XviD-NYDIC
Info : imdb.com/title/tt0840361
Starring : Ben Affleck, Rebecca Hall, Jon Hamm         
Genre : Crime | Drama | Thriller                              


S I N O P S I S

Buat Doug MacRay (Ben Affleck), kejahatan adalah sebuah karier. Bersama komplotannya Doug telah menjadi sebuah legenda. Doug tak pernah tertangkap meskipun telah berkali-kali merampok bank. Tapi seperti kata pepatah, sepandai-pandai tupai melompat, suatu saat pasti akan jatuh juga.

Suatu ketika, Doug dan kawanannya merampok sebuah bank. Untuk menjamin mereka berempat bisa lolos, Doug menyandera Claire Keesey (Rebecca Hall), si manajer bank. Doug berhasil lolos tanpa harus mencederai Claire. Buat Doug dan kawan-kawan ini bukan masalah tapi buat Claire peristiwa ini membawa dampak psikologis yang buruk. Claire takut kalau kawanan perampok ini akan tetap mencarinya setelah peristiwa ini berakhir.

Di saat yang sama, ternyata pertemuan singkat dengan Claire ini juga cukup membekas di benak Doug. Tak mampu menahan gejolak batinnya, Doug pun nekat menemui Claire. Pertemuan ini berjalan lancar dan Claire tak pernah menyadari kalau Doug adalah pria yang sempat menyanderanya beberapa hari yang lalu. Masalahnya, sampai kapan Doug bisa menyembunyikan rahasia ini di saat FBI sedang memburu Doug dan kawanannya?


Pingin nonton Trailer film " The Town " klik link di bawah ini :
                                     http://movies.yahoo.com/movie/1810112712/video


Dapatkan segera  DVD film " THE TOWN " telah tersedia di  DREAM VISION HOME VIDEO [ Sale and Reantal ]








"TAKERS", Membobol Bank Juga Punya Seni

Pemain:: Matt Dillon, Paul Walker, Idris Elba,                
Jay Hernandez, Michael Ealy, T.I., Chris Brown,    
and Hayden Christensen, Marianne Jean-Baptiste,                       
Zoe Saldana, Johnathon Schaech

Rating: 2,5 star                                                          


Sinopsis:
Menjadi perampok bank bukanlah pekerjaan yang hanya memerlukan kekuatan otot saja. Ada perencanaan matang yang harus dilakukan untuk memastikan 'pekerjaan' ini berjalan mulus dan menghindari kemungkinan tertangkap polisi. Kalau sudah urusan merampok bank, kawanan perampok yang dipimpin Gordon Cozier (Idris Elba) adalah pakarnya.
Selama ini kelompok perampok yang beranggotakan John (Paul Walker), Jake Attica (Michael Ealy), A.J. (Hayden Christensen), Jessie Attica (Chris Brown), dan Ghost (T.I) ini selalu berhasil merampok bank tanpa meninggalkan bukti-bukti apa pun yang bisa mengaitkan satu pun dari mereka pada kasus perampokan yang mereka lakukan. Mereka bekerja dengan perhitungan yang matang dan tak pernah membiarkan keserakahan menghancurkan rencana mulus mereka. Suatu ketika, sebuah 'pekerjaan' menggiurkan menggoda mereka untuk kembali turun ke jalan.
'Pekerjaan' ini bakal menghasilkan uang jauh lebih besar dari yang pernah mereka dapatkan selama mereka menjadi perampok bank. Bila 'pekerjaan' ini sukses, mereka akan pulang mengantongi tak kurang dari US$30 juta. Sayangnya ada satu hal yang punya potensi mengacaukan rencana mereka. Detektif Jack Welles (Matt Dillon) sudah lama mencurigai mereka namun tak punya cukup bukti untuk memenjarakan kawanan perampok ini. Jack mulai menganggap urusan kawanan Gordon ini sebagai urusan pribadi dan akan melakukan apa pun untuk meringkus mereka semua. Di saat yang sama, ternyata ada pengkhianat di dalam kelompok ini dan bermaksud memanfaatkan 'misi' terakhir ini untuk kepentingan pribadi.
Resensi:
Apa yang istimewa dari TAKERS? Bukankah film-film bertema perampokan bank bukanlah sesuatu yang fresh? Beberapa waktu yang lalu kita sempat melihat THE BANK JOB atau sebelumnya juga ada OCEAN'S THIRTEEN yang kurang lebih juga menawarkan konsep yang sama. Jawabnya barangkali tidak ada! TAKERS memang tergolong standar untuk ukuran film heist. Namun terlepas dari itu, TAKERS masih tetap enak dinikmati meski mungkin bukan untuk dikenang.
Mau tak mau TAKERS sebenarnya masih masuk keluarga B-movie alias film kelas dua yang rata-rata tak terlalu dilirik oleh kritikus film. Secara umum, John Luessenhop, sang sutradara, juga tak berusaha untuk 'mengingkari' kalau ini adalah B-movie meski di sana-sini sang helmer sepertinya mencoba untuk setingkat lebih tinggi dengan memasukkan side plot dan berusaha membuat karakter dalam film ini jadi lebih hidup.
Sebenarnya justru inilah yang sedikit mengurangi kenikmatan menonton TAKERS ini. Walaupun secara garis besar tempo film termasuk cepat namun tempo jadi sedikit melambat saat plot beralih dari para bad guys ini ke good guys alias para polisi. Side plot ini juga terasa mengganggu karena kenikmatan menyaksikan film heist seperti ini justru pada proses perencanaan sampai eksekusi dari perampokan itu sendiri.
Dari sisi akting, Matt Dillon, Idris Elba, Hayden Christensen, dan Paul Walker mungkin tak terlalu mengalami masalah. Seperti bisa diduga, justru Chris Brown dan T.I yang sedikit kedodoran di sektor
ini.(kpl/roc)
Genre:Action
Release Date:August 20, 2010
Director:John Luessenhop
Script:Peter Allen, Gabriel Casseus, John Luessenhop, Avery Duff
Producer:William Packer, T.I., Tom Lassally, Jason Geter, Gary Gilbert
Distributor:Screen Gems
Duration:107 minutes
Budget:US$32 million
 Official Site:www.sonypictures.com



 PINGIN NONTON TRAILER FILM " TAKERS "  klik link di bawah ini
http://movies.yahoo.com/movie/1810047058/video


Dapatkan segera DVD film "TAKERS" di  DREAM VISION HOME VIDEO [Sale & Rental] yang telah tersedia...!


                                                                                                                                                                                  






Sabtu, 27 November 2010

Kisah Tiga Ibu

Judul: MOTHER AND CHILD
Sutradara: Rodrigo Garcia
Skenario: Rodrigo Garcia
Pemain: Annette Benning, Naomi Watts
 


Ini kisah tiga (calon) ibu dalam tiga cerita yang berbeda tapi sama. Karen (Annette Bening) di usianya yang ke-51 tahun adalah seorang perempuan yang keras, kasar, dingin, dan pemarah karena sebuah "lubang" di tubuhnya yang tak pernah terisi. "Lubang" itu seharusnya diisi oleh anak perempuannya yang lahir ketika Karen berusia 14 tahun. Di masa lalu, ia dipaksa ibunya untuk menyerahkan anaknya ke agen adopsi. Maka lubang itu menghiasi hidupnya yang hanya diabdikan untuk mengurus ibunya, tanpa cinta, tanpa ambisi apa-apa kecuali kerinduan pada anaknya yang tak dikenalnya melalui surat yang tak pernah bisa dikirimkan ke mana pun.

Nun di pojok lain, sang anak sudah berusia 37 tahun bernama Elizabeth (Naomi Watts) dan dikenal sebagai pengacara terkemuka yang selalu menang segala perkara, dingin, tegas, dan gemar meniduri lelaki mana saja yang dia inginkan. Hidupnya tampak begitu mudah, hingga suatu hari dia hamil di luar rencana.

Calon ibu ketiga adalah Lucy (Kerry Washington), yang tak mampu mempunyai anak dan mengejar keinginannya-sembari menyeret suaminya yang ogah-ogahan-dengan mendaftarkan diri untuk mengangkat anak dari ibu remaja yang rela melepas bayinya.

Sutradara Rodrigo Garcia, putra sastrawan Gabriel Garcia (sebelumnya dikenal karyanya melalui beberapa episode serial In Treatment, film Things You Can Tell Just by Looking at Her, dan Nine Lives), mengemas ketiga segmen ini dengan suasana muram, dialog yang minim, dan kepedihan yang tampil melalui ekspresi. Ketiga perempuan ini melalui tragedi saat usia mereka masih dini, sedangkan penonton melihat akibat tragedi itu. Sosok-sosok yang keras, kasar, marah pada dunia. Namun para aktris (terutama Annette Bening) memperlihatkan perubahan. Tokoh Paco (Jimmy Smits), yang sabar dan komikal, perlahan mengisi "lubang" dalam diri Karen dengan menyarankan dia untuk mencari putrinya. Ratu es Elizabeth yang berhubungan dengan bosnya, Paul (Samuel L. Jackson), perlahan meleleh karena kebaikan hati Paul dan juga karena kehamilannya, meski hingga akhir film kita tak pernah tahu apakah Paul menyadari kehamilan Elizabeth.

Garcia adalah sutradara yang pandai menyalakan adegan emosi dari segala yang tersirat. Ingat bagaimana serial In Treatment yang selalu menyajikan adegan tanya-jawab sang psikiater dan pasiennya di dalam ruang kerjanya. Bayangkanlah satu jam yang isinya "hanya" pembicaraan dua orang, tetapi ternyata sangat menguras emosi kita. Garcia selalu mampu mengarahkan bagaimana kata-kata maupun yang tak terkatakan itu membangun emosi yang berakhir dengan ledakan.

Film Mother and Child, meski beberapa bagian harus lebih diperketat, juga memiliki kekuatan seperti serial In Treatment. Keterlibatan kita pada ketiga (calon) ibu yang mencari sesuatu yang "hilang" dalam dirinya adalah perjalanan mental yang menyesakkan. Ketika Karen akhirnya memutuskan untuk bertemu dengan Elizabeth dan saat Elizabeth akhirnya memutuskan bertemu ibunya, Garcia memilih pada takdir (mereka yang sinis menyebutnya "ilmu kebetulan"). Beloknya akhir cerita ini mungkin akan mengecewakan mereka yang selalu ingin kebahagiaan. Tetapi "kebahagiaan" versi Garcia bukan sebuah tujuan. "Kebahagiaan" itu justru terjadi pada saat dia mampu memutuskan untuk menemui anaknya. Pencerahan seperti itu sebuah penemuan "harta karun" dalam kehidupan yang begitu sulit.

(Dari Majalah TEMPO Edisi 25 Oktober 2010)





DVD Film "Mother and Child" telah tersedia di  DREAM VISION HOME VIDEO [ Sale and Rental ]












                                      Sang Pembunuh di Dalam Istana


Judul: Detective Dee and the Mystery of the Phantom Flame
Sutradara: Tsui Hark
Skenario: Zhang Jialu, Chen Kuo-fu, Robert van Gulik
Pemain: Andy Lau, Carina Lau, Li Bingbing, Tony Leung Ka-fai



Cina, tahun 690 M.

Menjelang penobatan Maharani Wu sebagai kaisar perempuan pertama-dan satu-satunya-dalam sejarah Cina, terjadi beberapa peristiwa aneh. Dengan persiapan besar dan pembangunan patung Buddha, tiba-tiba saja, beberapa petinggi tewas. Peristiwa itu terjadi berturut-turut: ganjil dan mengerikan. Tubuh mereka begitu saja terbakar dan hangus menyisakan setumpuk abu.

Syahdan, Maharani Wu (Carina Lau) menugasi Detektif Dee (Andy Lau), seorang detektif yang dipenjara selama delapan tahun dengan tuduhan berkhianat kepada negara. Seperti tokoh detektif di zaman modern, tentu saja Dee tak populer di antara para petinggi (lelaki) yang tergiur akan satu hal: menumbangkan kekuasaan sang Maharani, karena mereka tak sudi dipimpin seorang perempuan. Hanya beberapa menit setelah dia diangkat sebagai investigator, ribuan panah menghajarnya.

Detektif Dee didampingi oleh Shangguan Wan'er (Li Bingbing), orang kepercayaan Maharani Wu, dan juga Pei Donglai (Chao Deng). Dee memulai investigasinya dengan gaya khas seorang detektif klasik: mencurigai orang-orang terdekat sang penguasa, termasuk Shangguan, perempuan cantik kepercayaan Maharani yang tangkas bertempur tapi jago merayu di tempat tidur.

Yang menarik dari film terbaru sutradara Tsui Hark ini, setiap langkah Detektif Dee melibatkan wuxia; tentu saja ada bantuan teknik CGI, tapi kelebatan dan libasan martial art Cina itu tetap menjadi daya tarik. Plot cerita yang berpusar pada "siapa yang mendalangi rangkaian pembunuhan" ini juga menggunakan teknik klasik: penonton tertipu dan dijebak ke beberapa titik dulu. Pembunuh sesungguhnya selalu dia yang tak disangka dan tampak baik hati pada awal cerita. Munculnya berbagai makhluk, seperti rusa yang mampu meramal atau manusia berwajah keledai, membuat film ini menjelma jadi ramuan thriller beraroma fantasi.

Carina Lau sebagai sang Maharani tak digarap sebagai seorang petarung seperti yang biasa kita lihat dalam film-film sebelumnya. Dia tampil anggun dan dingin. Sinar yang terpancar dari ekspresinya bukan kecantikan seorang dewi, melainkan kecemasan seorang perempuan yang kekuasaannya selalu didera musuh-musuhnya hanya karena persoalan gender. Sedangkan Andy Lau, dibanding penampilannya dalam House of Flying Daggers, dalam film ini tak memiliki ruang untuk lebih dramatik.

Pada akhirnya, setelah keberhasilan film Crouching Tiger, Hidden Dragon (Ang Lee) serta Hero dan House of Flying Daggers (Zhang Yimou), film-film silat Cina yang ingin melibatkan kedahsyatan dan keindahan wuxia menjadi epigon yang belum bisa mengulang-apalagi menandingi-gebrakan Ang Lee. Bukan hanya persoalan bagaimana martial art bisa disajikan seperti butir-butir puisi, tapi juga bagaimana membuat cerita dongeng masa lalu itu bisa tetap relevan dan melibatkan persoalan politik dan intrik istana dengan menarik.

Plot film ini-ditulis oleh tiga orang-sudah memberikan sesuatu yang menjanjikan: upaya makar di dalam Kekaisaran Cina dan mengendus dalangnya. Tapi membangun keingintahuan dan ketegangan tidak cuma membutuhkan kemampuan menggarap adegan perkelahian yang dahsyat, tapi juga memerlukan ketelitian menggabungkan cerita dan martial art dengan gambar (yang menarik dan relevan). Dalam hal ini, Tsui Hark berada di belakang Ang Lee dan Zhang Yimou.



(Dari Majalah TEMPO Edisi 15 November 2010)




DVD Film "Detective Dee and the Mystery of the Phantom Flame " telah tersedia di  DREAM VISION HOME VIDEO [ Sale and Rental ] 














                                         Cerita { yang berbeda } tentang Para Polisi




 Judul: Brooklyn's Finest
Sutradara: Antoine Fuqua
Skenario: Michael C. Martin
Pemain: Richard Gere, Don Cheadle, Ethan Hawke, Wesley Snipes, Lili Taylor, Ellen Barkin


Di hari ketujuh sebelum pensiun dari kepolisian, Edward Dugan (Richard Gere) meraih botol wiski; menenggaknya, lalu meletakkan pistol ke dalam mulutnya. Dia tahu, sebagai polisi yang sudah berusia senja, atasannya menganggap dia berprestasi sedang-sedang saja; tak istimewa dan tak juga punya bakat kepemimpinan. Karena itu, "latihan bunuh diri" adalah sebuah sarapan pagi, ditemani botol wiski. Masih ada tujuh hari lagi, gumam Edward.

Tango (Don Cheadle) ada di sarang mafia narkoba yang dipimpin Caz ( Wesley Snipes). Nama asli Tango adalah detektif Clarence Butler. Tapi dia sendiri sering lupa apakah dia bagian dari geng yang berumah dan bermobil mewah atau dia seorang detektif. Itulah sebabnya dia ngotot agar Letnan Bill Hobarts (Will Patton) segera melepas dia dari tugas penyamaran. Tapi Letnan Bill dan bos Smith (Ellen Barkin) masih memberinya satu tugas terakhir sebelum Tango dinaikkan pangkatnya: mencari bukti konkret agar bisa menangkap Caz, yang kini sudah seperti abang baginya.

Seorang polisi di departemen narkotik bernama detektif Salvatore Procida (Ethan Hawke) adalah seorang ayah dari tujuh anak dan istri yang masih hamil, dan sepanjang film selalu saja batuk-batuk karena menderita asma. Sal, seorang ayah dan suami yang sangat protektif, kemudian mencari duit dengan menggaruk uang kotor yang disita dari para mafia narkoba.

Kisah tiga polisi Brooklyn-bagian dari New York-ini langsung saja dilempar ke layar, tanpa pretensi, tanpa banyak basa-basi. Ketiganya tak saling mengenal dan mempunyai problem masing-masing. Sutradara Antoine Fuqua-yang berhasil menggi ring Denzel Washington ke panggung Academy Oscar untuk perannya dalam film Training Day-kali ini bercerita tentang para polisi yang bersih, polisi yang kotor, dan polisi yang berada di kawasan kelabu.

Adegan cepat berlangsung, dari satu polisi ke polisi lain; dari satu penjahat ke penjahat yang lain hingga ketiga problem itu saling menerobos begitu saja. Tapi kita bisa merasakan ketegangan yang absolut setiap kali ketiga polisi itu mulai mengucapkan justifi kasi untuk melanggar hukum.

Richard Gere, sebagai polisi yang sudah mencapai usia pensiun dan merasa hidup adalah beban yang begitu banal, kini tampil sangat berbeda dengan polisi jahat yang dia sajikan dalam film Internal Affairs (Mike Figgis, 1990). Ia adalah sosok yang lelah dan merasa tak ada satu makhluk pun yang menghargai hidupnya yang jujur. Bahkan istrinya pun meninggalkannya. Akhir masa kerjanya dihabiskan untuk me ngunjungi pelacur-satu-satunya yang memperlakukannya sebagai seorang manusia.

Ethan Hawke, yang tampil sebagai polisi baru dalam film Training Day beberapa tahun silam, kini justru berhasil menjadi detektif kotor yang sama sekali tak merasa bersalah terkait dengan korupsi karena kebutuhannya membeli rumah.

Dibanding film Antoine Fuqua sebelumnya, Training Day, yang sangat tajam, fokus, dan menegangkan, film ini terlalu penuh dengan ambisi subplot yang bertebaran. Penuh dengan bintang ternama, tokoh baik, tokoh jahat, serta plot dan subplot yang berseliweran, yang mencapai titik jenuh. Akhir film ini masih memberikan daya kejut, tapi sutradara memiliki problem pada penggarapan di tengah film. Terkadang, jika kita mengurangi tokoh dan sub plot, malah semakin baik.

Namun intensitas Fuqua di setiap karyanya selalu menjadi keistimewa annya. Ini adalah kisah para polisi yang sangat realistis, yang terjadi di negara yang nun jauh di sana. Kisah tentang polisi yang korup dan brutal sajian Fuqua ini terasa akrab bagi siapa pun. Juga bagi kita, di Indonesia.

(Dari Majalah TEMPO Edisi 12 Juli 2010)





 




DVD Film "Brooklyn's Finest" telah tersedia di  DREAM VISION HOME VIDEO [ Sale and Rental ]

Jumat, 26 November 2010

Animasi : Karena Penjahat Juga Manusia

Judul: Despicable Me
Skenario: Ken Daurio, Cinco Paul
Sutradara: Pierre Coffin, Chris Renaud, Sergio Pablos
Pemain: Steve Carell, Jason Segel, Russell Brand, Will Arnett, Kristen Wiig, Danny McBride, Miranda Cosgrove

 

Dunia gempar. Piramida Giza di Mesir yang termasyhur itu mendadak hilang. Seorang pencuri mengambilnya dan menggantinya dengan balon udara yang berwujud persis piramida aslinya. Kabar itu membuat Gru uring-uringan. Lelaki berwajah penguin ini merasa pamornya sebagai maling kelas wahid terancam. Kesuksesannya mencuri layar LED di Times Square menjadi tak berarti apa-apa. Dia makin dongkol setelah tahu pelaku pencurian piramida itu seorang pemuda bernama Vector, yang selama ini dianggap maling kelas teri.

Maka tercetuslah ide gila di kepalanya. Satu-satunya cara merebut predikat terbaik di dunia kriminal itu dia harus mencuri bulan. Dibantu tentara minion miliknya segerombol makhluk berbentuk kapsul mini berwarna kuning dengan penampilan dan tingkah laku jenaka dan asistennya, profesor jenius Nefario, Gru menyusun siasat. Mereka bakal meluncur ke bulan menggunakan roket. Supaya bulan gampang dibawa ke bumi, perkecil ukurannya hingga sebesar bola tenis.

Rencana itu hampir saja sukses ketika Gru mencuri mesin pengecil milik pemerintah. Mesin yang mampu membuat gajah menjadi sekecil tikus itu se suai dengan syarat Bank of Evil selaku penyandang dana tindakan kejahatan di dunia. Sayang, mesin itu dicuri lagi oleh Vector. Mati-matian Gru berusaha merebut kembali, tapi selalu gagal lantaran markas Vektor dilengkapi sistem pertahanan canggih.

Gru hampir menyerah ketika dilihatnya tiga bocah perempuan penjaja kue bisa dengan leluasa masuk ke markas besar Vector. Berpura-pura baik, Gru lalu memanfaatkan keluguan Margo (Miranda Cosgrove), Edith (Dana Gaier), dan Agnes (Elsie Fisher), tiga gadis yatim piatu penghuni panti asuhan yang lama mendambakan kehadiran seorang ayah.

Kisah si penjahat Gru yang tersaji dalam film animasi berbujet rendah (US$ 69 juta) ini debut pertama Universal's Illumination Entertainment, yang didirikan Chris Meledandri, mantan bos 20th Century Fox. Berpengalaman menggarap Ice Age dan The Simpson, Chris yang hengkang dari Fox pada 2007 percaya diri merilis Despicable Me dengan memanfaatkan teknologi tiga dimensi (3D), hampir bersamaan dengan pemutaran Shrek 4 dan Toy Story 3 keluaran studio animasi Pixar. Sebelumnya, di tahun yang sama, DreamWorks juga mencuri perhatian para penikmat film lewat How to Train Your Dragon.

Berbeda dengan film-film animasi sebelumnya yang lebih banyak berfokus pada tokoh baik, tokoh utama Despicable Me justru seorang penjahat. Gru, tokoh itu, digambarkan sebagai lelaki penyendiri yang dingin dengan masa kecil kelabu sang ibu selalu meremehkan apa pun usahanya.

Karakter Gru bisa dibilang bukan tokoh yang gampang disukai. Dia kejam, dingin, dan bengis. Gru digambarkan tinggal di rumah bercat hitam yang berkesan angker, kontras dengan rumah-rumah di sekelilingnya yang bercat cerah. Kemana-mana dia menggunakan kendaraan tempur berlapis baja dan senjata pembeku. Tak mengherankan, adegan perkenalannya kepada pe nonton yang memakan waktu cukup panjang di awal film berdurasi 95 menit ini terasa sedikit mem bosankan.

Untungnya kehadiran trio gadis yatim piatu Margo, Edith, dan Agnes serta pasukan minion dengan humor slapstick-nya mampu membuat cerita menjadi lebih hidup. Interaksi antara Gru dan anak-anak yang diadopsinya itu menjadi drama yang menyentuh. Gru yang selama ini hidup menyendiri kini harus membiasakan diri dengan kehadiran tiga gadis itu, yang mulai meng anggapnya sebagai ayah yang baik bagi mereka.

Di sisi lain, penonton juga diajak mengikuti perubahan karakter Gru yang menyebalkan dan tak peduli terha dap orang lain perlahan menjadi pribadi yang menyenangkan. Film yang ditonton dengan kacamata tiga dimensi ini menampilkan orang jahat tak selama nya jahat, ia juga bisa tersentuh hatinya. Anak-anak yang polos berbagi kasih tanpa pamrih, keceriaan anak-anak mampu mencairkan hati yang membeku.

Film ini mungkin tidak seemosional Toy Story 3, tapi setidaknya mengingatkan penonton akan hal-hal yang dianggap remeh yang justru amat berarti, seperti membacakan cerita dan mencium kening sebelum tidur. Penggunaan tek nologi 3D, walaupun tak seciamik How to Train Your Dragon, tetap memberikan nilai plus. Lihat saja adegan ketika Gru dan tiga anaknya bermain roller coaster atau saat dia menjelajahi angkasa.

Tapi, yang lebih penting, kemampuan Steve Carell yang mengisi suara Gru patut diacungi jempol. Kemampuannya mengubah suara menjadi beraksen Eropa Timur kian memperkuat karak ter Gru yang misterius dan dingin. Carell bisa mengajak penonton mengikuti perubahan karakter tokoh jahat yang ternyata berhati baik itu. Para pengisi suara lainnya, meski tak terlalu dominan, berhasil menghidupkan karakter yang dibawakan sehingga meskipun naskah tidak menawarkan sesuatu yang baru, film ini tetap menyuguhkan tontonan yang menghibur.

(Dari Majalah TEMPO Edisi 26 Juli 2010)



Dapatkan segera DVD film animasi "DESPICABLE ME" di DREAM VISION HOME VIDEO (Sale and Rental) yang telah tersedia
 

Mau nonton Trailer "DESPICABLE ME" klik di sini  http://movies.yahoo.com/movie/1810095115/video