Menjual dan Menyewakan [Sale and Rental] DVD dan VCD Film Single/Movie, Serial Asia (Korea, Jepang, Mandarin), Barat, dll juga DVD dan VCD Musik jenis apapun. Kami Bukan Yang Terbesar dan Terlengkap,Tetapi Kami Berusaha Memberikan Yang Terbaik
SMS : - E-mail : franssimarmata@ymail.com - nicosmart66@gmail.com - Facebook : http://facebook.com/frans.guevara - http://www.facebook.com/pages/Dream-Vision-Home-Video/140502155985715
Judul: THE AMERICAN
Sutradara: Anton Corbijn
Skenario: Rowan Joffe berdasarkan novel A Very Private Gentleman karya Martin Booth
Pemain: George Clooney, Paolo Bonacelli, Violante Placido
DIA hidup dalam sunyi. Sendiri. Atau katakanlah, "berdua" dengan senapannya. Atau bersama salju yang menyelimuti desa-desa kecil di Italia. Kita tak tahu apakah nama dia Jake atau Edward (terserah, yang mana saja yang kita gunakan); kita tak tahu keluarganya; kita tak tahu apakah dia seorang suami atau ayah; dan kita bahkan tak tahu dia bekerja untuk siapa. Kita hanya tahu Jake alias Edward (George Clooney) adalah seorang pembunuh bayaran yang tengah beroperasi di pojok Desa Castel del Monte, Italia.
Adegan dibuka dengan Jake bersama seorang perempuan yang baru saja selesai bercinta dengan mesra. Mereka memutuskan keluar dari vila mencari sarapan menyusuri selimut salju. Tapi indra Jake segera saja menangkap kelebatan bayangan pembunuh lain. Dia segera menghindar dan dengan sigap menembak pembunuh itu. Yang mengejutkan, dia juga terpaksa membunuh perempuan yang sedang dikencaninya itu.
Dan kita segera paham. Tokoh Jake adalah seorang pembunuh bayaran yang seharusnya tak boleh memiliki ikatan emosional dengan siapa pun. Dan sejak kejadian itu, Jake mencoba meminimalisasi kontak. Hubungan seks hanya dilakukan dengan pelacur dan sesekali dia berbasa-basi dengan Pastor Benedetto (Paolo Bonacelli).
Ketika Jake mendapat tugas dari seorang perempuan Eropa untuk membunuh, dia semakin mengasingkan diri. Kita melihat sehari-hari Jake mengisinya dengan olahraga yang ketat dan mengurus senjata yang akan digunakan untuk membunuh. Malam hari dia berhubungan dengan pelacur Clara (Violante Placido), yang lama-kelamaan merebut hatinya.
Film The American yang lebih merupakan sebuah film tentang kesendirian dan kesunyian-daripada film laga dengan ritme cepat-ini digarap dengan teliti, rapi, dan visual yang mencengangkan. Lahir dari seorang sutradara yang sebelumnya dikenal sebagai seorang fotografer, tak mengherankan jika Corbijn menggunakan long shot bukan hanya karena ingin menangkap seluruh panorama, tapi sekaligus menangkap efek dramatik gerak-gerik Jake.
Ada beberapa saat ketika plot terasa menurun, karena Corbijn tampak merasa nyaman berekspresi dalam sunyi dan warna suram. Tapi Corbijn ingin mengisi sunyi itu untuk menyiapkan ketegangan baru. Setiap kali tokoh Jake bertemu dengan salah satu penduduk desa, kita lantas curiga bahwa Jake akan terkena balasan pembunuhan.
Hubungan Jake dengan Clara terlihat tulus dan sederhana. Jake membutuhkan teman dan kemesraan, bukan hanya seks. Jika dia akhirnya bercita-cita menyudahi profesinya sebagai pembunuh bayaran, itu adalah keputusan yang mengharukan.
Kali ini George Clooney tampil sebagai lelaki yang kontemplatif, dingin dalam bertindak, tapi tetap hangat dan penuh keinginan di tempat tidur. Corbijn sengaja mencurahkan warna merah saat Jake bercinta dengan Clara, seolah dia tengah berenang di dalam kolam darah. Dan kita segera mengetahui Corbijn sudah menyiapkan akhir yang tragis.
Film The American adalah film tentang sang pembunuh bayaran yang sama sekali tak menyorot pembunuhan itu sebagai plot utama. Kita berhadapan dengan seorang pembunuh yang kembali ingin menjadi manusia, dan ingin mencoba merasakan cinta. Clooney tampil dengan terampil dan tertata. Dialah orang Amerika di tengah tanah asing yang mencoba menjadi lelaki biasa. (Dari Majalah TEMPO Edisi 10 Januari 2011)
Dapatkan segera DVD film " THE AMERICAN " di DREAM VISION HOME VIDEO [Sale dan Rental]
Judul: THE GIRL WHO KICKED THE HORNETS' NEST
Sutradara: Daniel Alfredson
Skenario: Ulf Ryberg
Berdasarkan novel karya Stieg Larsson
Pemain: Noomi Rapace, Michael Nyqvist, Lena Endre, Anders Ahlbom Rosendahl
Akhir dari sekuel The Girl Who Played with Fire yang mengguncang itu adalah Lisbeth Salander dikubur hidup-hidup oleh ayahnya sendiri. Sang ayah, yang disangga tongkat dan berwajah setengah hancur karena pernah disulut api oleh anaknya, dibantu oleh manusia bertubuh gigantik dari "beton" (saking keras dan tingginya); berambut salju dan tampak dungu seperti robot yang mudah diperdaya. Film terakhir ini adalah saat Lisbeth yang sudah luka parah karena tiga tembakan dirawat di rumah sakit oleh dokter yang sangat berperhatian dan protektif kepadanya; sedangkan sang ayah jahanam menderita luka-luka karena kepalanya dihajar kapak Lisbeth, juga dirawat di rumah sakit yang sama.
Untuk seorang perempuan yang lebih suka bertindak, terkurung di rumah sakit demi kesembuhannya adalah sesuatu yang menyiksa. Karena itu, kiriman ponsel smartphone yang diselundupkan Mikael Blomkvist, wartawan investigasi majalah Millennium, sahabatnya yang sesekali menjadi teman tidurnya (pada sekuel pertama), terasa membantu.
Nun di ruang pengadilan, Lisbeth sudah ditunggu oleh para lelaki keji di masa lalunya: pertama, Dr Teleborian (Anders Ahlbom Rosendahl), seorang psikiater yang merawat Lisbeth Salander dan menyiksa serta mengikatnya selama 381 hari di tempat tidur. Psikiater ini sudah siap memberikan kesaksian bahwa Lisbeth gila dan harus dijebloskan kembali ke rumah sakit jiwa. Kedua, sang ayah yang dalam hal ini malah dianggap korban kapak Lisbeth (lalu kenapa fakta bahwa Lisbeth yang masih hidup itu dikubur ayahnya tak dipersoalkan?) juga sudah siap menuntut. Ketiga, Nils Bjurman, wali Lisbeth yang dulu memperkosa Lisbeth. Namun lelaki keji kedua dan ketiga telanjur tewas.
Tetapi problem sang hacker jenius ini belum selesai. Di pengadilan, dia akan dibela oleh seorang pengacara yang tengah hamil-yang semula membuat kita tak yakin karena sang pengacara tampak lembut dan mudah diinjak. Apalagi, saat di pengadilan, Lisbeth sengaja muncul dengan "seragam" baju kulit rambut punk, lipstik hitam dan eye shadow hitam yang tebal. Dia duduk dengan gagah dan menantang jaksa serta hakimnya tanpa rasa takut sedikit juga.
Bagian terakhir ini tentu sebuah sekuel yang paling memuaskan bagi para penonton setia trilogi Millennium atau paling tidak pembaca novelnya. Mereka yang belum menyaksikan film pertama dan kedua pasti akan menemukan kesulitan pemahaman, karena munculnya karakter-karakter tanpa perkenalan sama sekali. Bahkan Lisbeth dan Mikael hampir tak pernah bertemu kecuali pada akhir film. Adegan ini pun tak akan mudah dipahami bagi mereka yang belum mengetahui hubungan antara Lisbeth dan Mikael yang begitu dekat dan saling percaya, meskipun mereka bukan sepasang kekasih. Adegan pertemuan yang canggung, yang hanya diisi dengan saling pandang dengan intensitas tinggi dan kata "terima kasih untuk segalanya" yang akhirnya meluncur dari mulut tipis Lisbeth. Sebuah kata yang jarang diucapkan Lisbeth kecuali dia betul-betul merasa perlu mengucapkannya.
Noomi Rapace adalah aktris Swedia yang mendadak saja menjadi bintang internasional karena film yang menggambarkan dia sebagai Lisbeth, perempuan dengan tato naga, yang ekonomis dalam kata-kata dan lebih memilih menendang atau mengguncang kemapanan sebuah sindikat yang keji terhadap perempuan. Sedangkan Michael Nyqvist yang berperan sebagai wartawan Mikael Blomkvist adalah tipikal pahlawan yang kita kenal: keras hati untuk memperjuangkan kebenaran dan lembut kepada mereka yang tertindas. Sebuah karakter yang bakalan pas untuk di-Hollywood-kan. Dan dunia memang sudah kelojotan mendengar seri pertama film ini, The Girl with the Dragon Tattoo, sedang dalam proses produksi di Hollywood dengan sutradara David Fincher, Daniel Craig sebagai Mikael, dan Lisbeth akan diperankan oleh Rooney Mara. Pembuatan ulang tak selalu menggembirakan, meski nama David Fincher sangat menjanjikan. Justru wajah-wajah yang tak terlalu bening dalam film asli made in Sweden ini membuat kita merasa hanyut dalam dunia rekaan Stieg Larsson ini.
(Dari Majalah TEMPO)
Dapatkan segera DVD film "THE GIRL WHO KICKED THE HORNETS' NEST di DREAM VISION HOME VIDEO [Sale dan Rental]
Judul: THE GIRL WHO PLAYED WITH FIRE
Sutradara: Daniel Alfredson
Skenario: Jonas Frykberg berdasarkan novel Flickan Som Lekte Med Elden karya Stieg Larsson
Pemain: Noomi Rapace, Michael Nyqvist
Dari tempat persembunyiannya yang kosong dan hening, Lisbeth Salander (Noomi Rapace) duduk memandang laut dari jendela. Hanya ditemani rokok, dan sebuah laptop tempat dia menembus dunia. Hacker kesayangan kita, Lisbeth, sudah setahun menghilang dari Dunia. Dia berkeliling Eropa dan Bahama. Dia sengaja bergerak di bawah radar pengawasan sejak keterlibatan dia membantu investigasi wartawan Millennium, Mikael Blomkvist.
Lisbeth, masih dengan tato berukir naga yang menyelimuti punggung dan anting-anting yang memenuhi hidung dan kuping, terbang kembali ke kampung halamannya di Stockholm dan menyewa sebuah apartemen besar yang menghadap ke laut. Melalui komputernya Lisbeth mengawasi jalannya kehidupan, termasuk perkembangan gerak sahabatnya, Mikael, yang kini tengah terlibat dengan investigasi perdagangan anak dan perempuan yang melibatkan petinggi Swedia. Dua orang wartawan yang melakukan investigasi perdagangan anak itu ditemukan tewas. Celakanya, polisi menemukan sidik jari Lisbeth Salander pada senjata.
Maka terjadilah perburuan terhadap Lisbeth; sementara Mikael sibuk mencari bukti bahwa Lisbeth tak bersalah, sekaligus menyusuri jejak para petinggi Swedia yang terlibat kasus perdagangan anak ini.
Dibanding film pertama yang disutradarai Niels Arden Oplev yang menggunakan ruang, waktu, dan dialog dengan hemat dan efektif, sekuel ini lebih menekankan dinamika thriller gaya Amerika yang menyajikan ritme cepat, segera, dan penuh debar jantung. Lokasi lebih melebar dan teknologi lebih gigantik dan canggih. Apartemen Lisbeth pun menggunakan CCTV yang langsung bersambung dengan ponselnya, hingga jika Lisbeth sedang ke luar rumah pun dia bisa tahu jika ada orang yang menyelinap ke apartemennya.
Orang keji di masa lalu Lisbeth bermunculan kembali. Ayahnya yang dulu menghajar ibu Lisbeth secara fisik hingga dia lumpuh itu kini muncul dengan keadaan pincang dan wajahnya cacat kena luka bakar. Luka itu disebabkan Lisbeth remaja yang penuh amarah akan kekejian ayahnya, yang menyebabkan dia menyiramkan bensin di sekujur tubuh sang ayah dan menyulutnya dengan api.
Ayah Lisbeth kembali dengan dendam dan sederet peristiwa sejarah yang memperlihatkan dia sebetulnya ada di balik gerak-gerik misterius yang mengancam kelangsungan hidup Lisbeth. Ayah Lisbeth, yang sebetulnya warga negara Rusia yang kabur ke Swedia, mempunyai identitas dan reputasi yang sungguh mengerikan di dunia.
Nama lain di masa lalu Lisbeth adalah Nils Bjurman (Peter Andersson), wali Lisbeth yang dalam film episode pertama memerkosa Lisbeth. Kaitan Bjurman dengan ayah Lisbeth yang diungkap kelak membuat Lisbeth (dan penonton) semakin jeri. Bagian seperti inilah yang membuat trilogi karya novelis Stieg Larsson-meninggal beberapa bulan sebelum tiga novelnya terbit-bersinar sendirian di antara ribuan novel thriller masa kini yang berebut menyita perhatian.
Dalam sekuel ini, Mikael dan Lisbeth bekerja sendiri-sendiri. Lisbeth dengan komputernya dan kelihaiannya menyusuri jaringan mereka yang menjebaknya; sedangkan Mikael mencari nama-nama yang terlibat dalam perdagangan anak. Itu semua akhirnya terkerucut kepada nama yang sama: Alexander Zalachenko, ayah Lisbeth.
Pergulatan antara tokoh kesayangan kita dan Zalachenko di akhir film ini menjadi klimaks yang mengerikan, Zala berhasil mengubur Lisbeth hidup-hidup.
Lisbeth, tokoh utama kesayangan kita, seorang hacker dengan tato naga di punggungnya; menggemari hubungan seks dengan lelaki maupun perempuan; tak banyak bicara dan tak akan mengampuni lelaki yang gemar menyiksa perempuan, dikubur hidup-hidup?
Dan Stieg Larsson menyediakan drama selanjutnya.... (Dari Majalah Tempo }
Dapatkan segera DVD film "THE GIRL WHO PLAYED WITH FIRE" di DREAM VISION HOME VIDEO [Sale dan Rental]
Judul: The Girl With The Dragon Tattoo
Sutradara: Niels Arden Oplev
Skenario: Nikolaj Arcel dan Rasmus Heisterberg
Berdasarkan novel karya penulis Swedia Stieg Larsson
Pemain: Michael Nyqvist, Noomi Rapace
Setiap tahun, ia menerima rangkaian kembang kering yang dibingkai yang dikirim dari Stockholm. Setiap tahun. Tanpa nama pengirim. Tanpa pesan apa-apa. Dan setiap tahun, Henrik Vanger (Sven-Bertil Taube), pimpinan perusahan keluarga Vanger, menelepon polisi untuk melaporkan teror tahunan itu.
Sekitar 40 tahun silam, Harriet Vanger (Ewa Froling) keponakannya yang cantik, blonda bermata biru itu biasa memetik bunga-bunga liar yang bertumbuhan di pulau tempat kediaman keluarga besar Vanger. Harriet merangkai bunga kering itu, membingkainya dan menghadiahkannya pada sang paman yang sudah dianggap ayahnya sendiri. Pada suatu siang, Harriet remaja menghilang begitu saja tanpa jejak. Dan sejak itu, selama 40 tahun, Henrik Vanger menerima bunga kering berbingkai tanpa nama pengirim. Ini sebuah teror.
Film ini, seperti juga novel karya Stieg Larsson dimulai dari sebuah pulau yang berkabut, simbol rahasia gelap yang disembunyikan pembunuh Harriet Vanger. Nun di kota besar Stockholm, adalah wartawan Mikael Blomkvist (Michael Nyqvist) yang mengundurkan diri (untuk beberapa saat belaka) dari majalah berita Millenium karena gara-gara pemberitaannya, majalahnya dituntut oleh seorang konglomerat yang berpengaruh.
Saat itulah Henrik Vanger memutuskan meminta pertolongan Mikail Blomkvist untuk menyelidiki siapa pembunuh keponakannya. “Saya yakin pembunuhnya ada di dalam pulau ini, anggota keluarga besar saya,” kata Henry. Dan dari sinilah novel ala Agatha Christie versi modern itu dimulai.
Saya katakan modern, karena kita kemudian berkenalan dengan Lisbeth Salander (Noomi Rapace), gadis hacker yang sekujur tubuhnya diselimuti cincin dan tato. Adalah Lisbeth yang membantu Mikail menembus segala rahasia korup dan konspirasi yang mengelung di dalam dunia maya. Keahliannya menerobos ke segala informasi yang ditutup rapat tak tertandingkan hingga Mikail dan Lisbeth menjadi duo yang cocok dan saling mengisi.
Dari novel yang ditulis oleh Larsson dalam bentuk trilogi—dan penulisnya terlanjur tewas oleh serangan jantung sebelum melihat karyanya diterbitkan---sutradara Niels Arden Oplev memerasnya menjadi sebuah thriller yang lebih fokus dan menegangkan. Yang membedakan film ini dengan film detektif Hollwyood biasa adalah karena Oplev menggunakan waktu dan ruang dengan seksama. Sang wartawan Mikail tak selalu harus dalam situasi sigap dan terlibat kejar-mengejar dan dor-doran. Pulau yang penuh kabut, keluarga Vanger yang sungguh ekonomis berkata-kata itu membuat misteri semakin kental.
Tetapi penyebab utama yang membuat film ini berbeda dengan film thriller biasa adalah sosok Lisbeth, sang perempuan yatim piatu dengan tato naga di punggungnya itu, sebagai seorang perempuan pemberontak, tak banyak kata yang cenderung ditindas secara seksual oleh lelaki.
Film yang dibuat oleh produksi Swedia dalam bahasa Swedia ini tetap menjalankan tahap-tahap daya kejut yang lazim pada setiap film misteri. Setiap 30 menit, sutradara Oplev memberikan kejutan baru. Kita dibelokkan pada kenyataan baru pada saat kita sudah mulai membuat kesimpulan yang salah.
Adegan-adegan keras dan keji dalam film ini tentu saja menyebabkan film ini hanya boleh disaksikan mereka yang sudah berusia dewasa. Tetapi, jika memang Hollywood jadi membuat ulang film ini dalam bahasa Inggris dengan pemain Amerika dan Inggris, nampaknya mereka akan membuat sebuah tafsir yang lebih ‘ringan’ dan akomodatif terhadap penonton yang lebih ‘konservatif’.
Bagi mereka yang sudah dewasa, dan gemar film thriller, ini adalah pilihan yang tak boleh dilewatkan.
(Dari Majalah TEMPO)
Dapatkan segera DVD film " The Girl With The Dragon Tattoo " diDREAM VISION HOME VIDEO [Sale dan Rental]
- Pemain: Ryan Reynolds, Robert Paterson, José Luis García Pérez, Stephen Tobolowsky, Samantha Mathis, Warner Loughlin, Ivana Miño, Erik Palladino
Rating:
Sinopsis
Paul Conroy (Ryan Reynolds) sebenarnya bukanlah pria yang siap menerima ajal namun karena tuntutan pekerjaan, terpaksa ia berangkat ke Irak untuk bekerja sebagai kontraktor di sana. Paul tahu kalau bekerja di Irak artinya ia harus menanggung risiko namun ia tak pernah membayangkan risikonya akan sebesar yang akan ia hadapi.
Suatu ketika, Paul terbangun dan merasa ada yang aneh. Di sekitarnya begitu gelap sementara sepertinya tak banyak ruang buatnya untuk bergerak. Setelah kesadarannya mulai pulih Paul menemukan korek api, sebilah pisau dan sebuah ponsel. Dengan penerangan seadanya dari korek api yang ia temukan, Paul sadar kalau ia berada di sebuah ruangan yang sangat sempit. Bukan hanya sempit ternyata ia tak punya ruang gerak sama sekali.
Paul tak tahu bagaimana ia bisa berada di dalam peti mati. Paul juga tak mengerti siapa yang mengurungnya di dalam peti mati dan dengan tujuan apa. Harapan hidup Paul hanya tinggal ponsel yang ada di tangannya. Tapi itupun bukan solusi yang mudah karena ternyata Paul tidak hanya dikurung di dalam peti mati tapi juga dikubur hidup-hidup. Sebentar lagi baterai ponsel Paul akan habis sementara ia tak bisa menghubungi siapa pun.
Review
Tahun 2002 lalu ada sebuah film berjudul PHONE BOOTH. Film yang dibintangi oleh Colin Farell ini nyaris hanya mengambil lokasi syuting di sebuah kotak telepon umum namun nyatanya lokasi yang tak terlalu luas itu tidak menjadi halangan untuk membuat film yang menarik. Bagaimana kalau lokasi itu dipersempit lagi? Apakah efek yang sama masih bisa dipertahankan? Jawabnya adalah BURIED.
Tak heran jika biaya produksi BURIED ini hanya sekitar US$2 juta saja. Memang tak diperlukan biaya banyak untuk syuting film ini. Yang diperlukan hanyalah menggaji Ryan Reynolds plus beberapa pengisi suara saja. Selebihnya mungkin tak terlalu banyak biaya yang harus dikeluarkan. Syuting bisa dilakukan di mana saja karena yang diperlukan hanyalah peti mati tempat Ryan Reynolds memamerkan kemampuan aktingnya. Rodrigo Cortes, sang sutradara, memang layak mendapat acungan jempol karena ia mampu menyajikan sebuah tontonan yang mencekam tanpa harus mengeluarkan biaya mahal.
Hebatnya lagi, Ryan Reynolds yang notabene tak memiliki ruang untuk beraksi ternyata mampu mengajak penonton untuk masuk ke dalam pikirannya, ketakutannya, kemarahannya, dan kepasrahannya saat terjebak di dalam peti mati. Semua itu dilakukan Ryan Reynolds dalam sebuah ruang sempit yang tak memungkinkan aktor ini menggunakan body language. Mau tak mau yang bisa dilakukan Ryan hanyalah mengolah suara dan raut mukanya saja. Meskipun begitu, hasilnya sangat memuaskan.(kpl/roc)
Pemain: Georgie Henley, Skandar Keynes, Ben Barnes, Will Poulter, Liam Neeson, Simon Pegg
Rating:
Sinopsis
Edmund Pevensie (Skandar Keynes) dan Lucy Pevensie (Georgie Henley) kembali harus berurusan dengan negeri dongeng saat secara tidak sengaja sebuah lukisan tiba-tiba saja membawa mereka kembali ke negeri Narnia. Sepertinya kedatangan dua bersaudara ini juga diharapkan oleh warga Narnia karena negeri ini sedang menghadapi masalah besar dan bantuan Pevensie bersaudara jelas akan diperlukan.
Saat sedang melihat-lihat sebuah lukisan, tiba-tiba saja lukisan ini hidup dan menelan Edmund dan Lucy. Bukan hanya mereka berdua, Eustace Scrubb (Will Poulter) pun ikut terbawa ke negeri Narnia. Mereka masuk ke negeri dongeng ini dan kembali bertemu dengan Caspian (Ben Barnes) yang kini telah menjadi raja dan sedang dalam perjalanan mencari tujuh orang bangsawan yang hilang.
Petualangan berawal di Lone Island dan berlanjut hingga ke ujung dunia. Dalam petualangan ini, banyak yang terjadi dan salah satunya adalah saat Eustace berubah menjadi naga karena kesalahannya. Berhasilkah mereka menemukan ketujuh bangsawan yang hilang ini? Atau perjalanan kali ini tak akan membawa hasil apapun?
Review
THE CHRONICLES OF NARNIA: THE VOYAGE OF THE DAWN TREADERTHE CHRONICLES OF NARNIANARNIA ini boleh saja jadi bagian yang ketiga dari tapi film ini juga punya nilai lebih lantaran ini untuk pertama kalinya film diproduksi dalam format tiga dimensi alias 3D. Film ini juga sekaligus menandai beralihnya produksi dari Disney ke 20th Century Fox. Dan jangan lupa, kali ini posisi sutradara tak lagi dipegang oleh Andrew Adamson namun beralih ke tangan Michael Apted.
NARNIA memang bukan satu-satunya film fantasi yang beredar tahun ini. Sebelumnya ada bagian pertama dari HARRY POTTER AND THE DEATHLY HALLOWS yang juga baru saja dirilis beberapa pekan lalu. Malahan bisa dibilang HARRY POTTER adalah pesaing ketat NARNIA saat ini dan masih belum bisa ditebak apakah NARNIA sanggup menggeser posisi HARRY POTTER yang sekarang bertengger di puncak tangga box office. Yang pasti NARNIA memang punya fans setia sendiri dan perkembangan yang terjadi di bagian ketiga ini cukup memuaskan.
Kalau HARRY POTTER memilih untuk memperlambat tempo, NARNIA justru memilih sebaliknya. Dibandingkan dengan dua bagian sebelumnya, THE CHRONICLES OF NARNIA: THE VOYAGE OF THE DAWN TREADER ini terasa lebih rancak. Tentu saja ini karena campur tangan Apted yang baru bergabung sebagai sutradara. Langkah ini membuat NARNIA jadi lebih renyah dan enak ditonton.
Dari sisi special effect, sepertinya tidak ada masalah yang terlalu berarti dengan film ini meski di saat yang sama tidak ada yang terlalu istimewa pula. Para aktornya jelas sudah teruji pada dua film sebelumnya meski tetap saja nama Liam Neeson terasa lebih menonjol walaupun ia hanya menyumbangkan suaranya saja sebagai Aslan.(kpl/roc)
Genre
:
Fantasy
Release Date
:
December 10, 2010
Director
:
Michael Apted
Script
:
Christopher Markus, Stephen McFeely, Steven Knight, Michael Petroni, Richard LaGravenese
Producer
:
Mark Johnson, Andrew Adamson, Philip Steuer, Douglas Gresham
Pemain: Johnny Depp, Angelina Jolie, Paul Bettany, Rufus Sewell, Timothy Dalton, Haley Webb
Rating:
Sinopsis:
Bertemu seorang wanita cantik di dalam kereta api bisa jadi adalah awal sebuah liburan romantis di Italia. Tapi jangan terburu yakin dulu karena bisa jadi juga ini adalah awal dari serentetan malapetaka yang bakal terjadi. Setidaknya, yang terakhir inilah yang dialami oleh Frank Tupelo (Johnny Depp) saat ia berangkat berlibur ke Italia.
Saat dalam kereta, dalam perjalanan, Frank bertemu seorang wanita cantik bernama Elise Ward (Angelina Jolie). Dari percakapan basa-basi, keduanya mulai semakin akrab. Buat Frank, ini adalah kesempatan buat melupakan patah hati yang baru saja ia alami, apalagi Elise sepertinya juga membuka peluang untuk sebuah hubungan romantis. Tanpa sepengetahuan Frank, Elise ternyata punya agenda sendiri.
Elise adalah kekasih seorang penjahat besar yang jadi buronan di empat belas negara. Tak ada orang yang tahu siapa penjahat yang dikenal dengan nama Alexander Pearce ini. Tak seorang pun bisa mengenali wajahnya. Sayangnya, polisi sudah menyiapkan jebakan. Polisi tahu kalau Alexander tak akan pernah lama jauh dari Elise dan karena itu Alexander meminta Elise mendekati seorang pria agar polisi mengira kalau pria itu adalah Alexander. Review
Apa lagi yang kurang? Film ini mengambil lokasi syuting di Venice dan Paris yang jelas adalah dua tempat terindah di dunia ini. Dua tokoh utama dalam film ini adalah aktor dan aktris yang bisa dibilang paling hot belakangan ini. Selain itu masih ada nama-nama besar lain yang menjadi pendukung film ini. Sang sutradara sempat mendapatkan penghargaan Oscar dan film ini juga diadaptasi dari film berjudul ANTHONY ZIMMER yang mendapat pujian dari kritikus film.
Sayangnya, kemenangan di atas kertas ini tak bisa ditransfer dengan baik ke layar. Yang pasti banyak karakter yang sebenarnya penting, termasuk Frank dan Elise yang sepertinya tak terbentuk dengan baik. Bisa jadi naskah memang tak memberikan cukup ruang buat para aktornya untuk mengembangkan karakter namun yang pasti chemistry antara Depp dan Jolie adalah salah satu yang paling mengganggu di antara masalah yang ada pada film ini. Parahnya lagi, dialog yang ada juga sepertinya tak banyak membantu membuat film ini jadi lebih menarik daripada sekedar tontonan visual semata.
Meski sedikit membingungkan rasanya menonton ANTHONY ZIMMER masih lebih memuaskan ketimbang menyaksikan THE TOURIST ini.(kpl/roc)
Genre
:
Comedy
Release Date
:
December 10, 2010
Director
:
Florian Henckel von Donnersmarck
Script
:
Florian Henckel von Donnersmarck, Christopher McQuarrie, Julian Fellowes
Producer
:
Graham King, Tim Headington, Roger Birnbaum, Gary Barber, Jonathan Glickman
Distributor
:
Columbia Pictures
Duration
:
103 minutes
Budget
:
US$100 million
Dapatkan segera DVD film " THE TOURIST " di DREAM VISION HOME VIDEO [Sale dan Rental] yang telah tersedia...!
Sinopsis:
Buat mereka yang suka olahraga tinju, nama Micky Ward (Mark Wahlberg) mungkin sudah tak asing lagi. Petinju berjuluk Irish ini bahkan sudah dianggap sebagai 'pahlawan' buat orang-orang kelas bawah, terutama warga Massachusetts. Perjalanan Micky memang tak semudah yang dibayangkan orang. Berbagai halangan berhasil ia sisihkan sampai ia berhasil menjadi seorang petinju legendaris.
Micky Ward terlahir di Lowell, Massachusetts dan sempat menjadi petinju amatir sampai tahun 1985. Dari rekor 51 kali bertanding dengan 38 kemenangan ini pertandingan yang paling dikenal adalah trilogi pertandingannya melawan Arturo Gatti. Tentu saja Micky Ward tak berjuang sendiri. Ia tak mungkin melakukannya tanpa bantuan Dick Eklund (Christian Bale) yang menjadi pelatihnya.
Dick Eklund sebenarnya adalah saudara tiri Micky yang sempat meniti karier sebagai petinju juga. Karier Dick sempat bagus meski akhirnya ia dikalahkan oleh obat-obatan terlarang. Berusaha menebus kesalahannya, Dick kemudian menjadi pelatih Micky dan mengantar petinju muda ini menuju gelar juara dunia yang ia rebut saat bertanding di London.(kpl/roc)
Genre
:
Drama
Release Date
:
December 10, 2010
Director
:
David O. Russell
Script
:
Scott Silver, Paul Tamasy, Eric Johnson
Producer
:
David Hoberman, Todd Lieberman, Ryan Kavanaugh, Mark Wahlberg, Dorothy Aufiero, Paul Tamasy, Darren Aronofsky
Distributor
:
Paramount Pictures
Duration
:
-
Budget
:
US$30 million
Dapatkan segera DVD film "THE FIGHTER" di DREAM VISION HOME VIDEO[Sale dan Rental] yang telah tersedia...!
Olive Penderghast (emma stone) merupakan siswa SMA yang cantik yang kurang diperhatikan. Ketika olive membantu teman pria nya yang diganggu setiap hari dengan melakukan kebohongan berpura-pura tidurnya maka hidupnya mulai berubah
lihat Easy A movie trailer
Saat Olive berbohong ia baru saja kehilangan keperawanannya, maka berita ini pun dengan segera menyebar kemana-mana. Awalnya reputasi ini membuat sedikit risih, tetapi tak mungkin mengubahnya kecuali ia akan disebut sebagai seorang pembohong.
Setelah itu reputasi baru ini ternyata bisa mendatangan keuntungan buat olive baik dari sisi sosial maupun sisi finansial. Olive terus membantu teman-teman sekelasnya yang meminta olive untuk berpura-pura tidur dengan mereka dan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
Dan semakin lama kebohongan ini mendatangkan masalah yang lebih besar.
Film ini menjadi film box office pada tahun 2010.
Dapatkan segera DVD film "Easy A" di DREAM VISION HOME VIDEO [Sale dan Rental] yang telah tersedia...!
Sinopsis
Sejak peristiwa perampokan yang menimpa mereka, Kristi (Sprague Grayden) dan Dan Rey (Brian Boland) memutuskan memasang kamera CCTV di seluruh penjuru rumah mereka sekaligus untuk mengawasi putra mereka yang masih bayi. Tak lama berselang, beberapa kejadian aneh mulai terjadi di rumah itu. Kejadian yang sulit diterima akal sehat.
Kristi dan Dan tak percaya kalau apa yang sedang terjadi di rumah mereka adalah karena ulah makhluk halus. Justru Ali (Molly Ephraim), putri Dan, yang mulai penasaran dan mencari tahu penyebab peristiwa aneh itu. Apa yang semula hanya terasa mengganggu pelan namun pasti berubah jadi sesuatu yang mengerikan. Korban pertama adalah anjing Dan dan Kristi tapi tak lama berselang Kristi pun mulai menampakkan gejala aneh.
Saat situasi sudah mulai di luar kendali, Dan memutuskan untuk meminta bantuan pada Martine (Vivis Cortez), mantan pembantu Dan dan Kristi. Sayangnya usaha ini sepertinya sudah terlambat karena kekuatan jahat yang meliputi rumah Dan dan Kristi ternyata sudah punya rencana sendiri. Sepertinya rencana jahat ini ada sangkut pautnya dengan Hunter, putra Dan dan Kristi yang masih bayi. Review
Bukan pertama kalinya sebuah film yang sukses dibuatkan sekuel. Rasanya semua studio pasti berharap bisa mengeruk lebih banyak dolar dengan memanfaatkan popularitas film pertama. Tak jadi masalah kalau sekuel ini layak ditonton dan sepertinya ini tidak terjadi pada PARANORMAL ACTIVITY 2. Bagian kedua yang berlaku sebagai prekuel ini gagal menyamai reputasi yang didapat PARANORMAL ACTIVITY di tahun 2007 lalu.
Mengulang sebuah konsep dengan formula yang sama memang tidak menjamin sebuah kesuksesan. Seperti juga pada bagian pertamanya, PARANORMAL ACTIVITY 2 ini memakai formula faux documentary yang biasanya cukup ampuh untuk melibatkan penonton dalam alur kisah yang sebenarnya hanyalah rekaan sang penulis naskah. Bisa jadi penonton memang sudah mulai jemu dengan trik ini. Kalau mau mundur sejenak, rasanya sudah cukup banyak film yang 'berpura-pura' menjadi film dokumenter seperti ini.
Kalau PARANORMAL ACTIVITY dulu sempat jadi film horor yang fenomenal, bagian kedua ini malah tak terlalu jauh dari beberapa film horor yang lain. Trik menggunakan kejutan-kejutan kecil sepanjang film yang biasanya memang identik dengan film horor juga digunakan di sini. Efektif? Mungkin, tapi tidak untuk jangka panjang. Di akhir film, efek kejutan kecil tadi sudah hilang meskipun ending film ini sebenarnya masih membuka kesempatan untuk sekuel berikutnya.(kpl/roc)
Dapatkan segera DVD film "PARANORMAL ACTIVITY 2" di DREAM VISION HOME VIDEO [Sale dan Rental] yang telah tersedia...!
Film Slayers ini dibintangi oleh aktor terkenal Gerard Butler (Kable/John Tillman), artis cantik amber valletta (Angie), aktor michael c.hall (Ken Castle)
Berlatar masa depan, saat manusia menguasai manusia lain dengan permainan, berskala massal. Miliarder Ken Castle menciptakan hiburan kontroversial, "Slayers," sebuah permainan yang sangat populer yang memungkinkan jutaan orang bertindak di luar keinginan dan fantasi mereka – secara online - di depan khalayak global. Permainan tersebut telah berkembang menjadi suatu dimensi baru yang mengerikan, memanipulasi pikiran.
Adalah Kable, bintang dan pahlawan "Slayers," penembak ultra-violet pertama. Kable dikendalikan oleh Simon, bintang musik rock muda terus melawan segala rintangan dengan membimbing Kable untuk memenangkan setiap pertandingan. Diambil dari keluarganya, dipenjara dan dipaksa untuk bertarung, gladiator modern ini harus bertahan agar dapat melarikan diri dari permainan untuk membebaskan keluarga mereka, menemukan jatidirinya kembali dan menyelamatkan manusia dari teknologi ciptaan Castle
Hollywood Actress/Actor :- Amber Valletta (Angie)
Gerard Butler
Dapatkan segera DVD film "SLAYERS" di DREAM VISION HOME VIDEO [Sale dan Rental] yang telah tersedia...!
Film animasi Rapunzel ini diisi suaranya oleh Mandy Moore (Rapunzel), Donna Murphy (Mother Gothel), Zachary Levi (Flynn Ryder). Film ini diproduksi oleh walt disney.
Rapunzel; A Tangled Tale berkisah tentang keajaiban sebuah tanaman yang bisa menyembuhkan segala penyakit. Tanaman yang ditemukan oleh Mother Gothel (disuarakan oleh Donna Murphy) ini ternyata berhasil menyembuhkan sang Ratu yang sedang sakit karena ingin melahirkan. Akhirnya tanaman ajaib berhasil menyelamatkan ratu dan anaknya yang diberi nama Rapunzel. Seorang putri cantik dengan rambut indah berwarna emas akhirnya lahir di negeri yang dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana.
Namun Mother Gothel tidak rela tanaman yang ditemukannya menjadi obat penyembuh ratu. Karena sebelumnya tanaman yang mengeluarkan nuansa emas itu digunakan Mother Gothel sebagai obat awet muda bagi dirinya. Demi wajah yang cantik, Mother Gothel akhirnya menculik Rapunzel dan menempatkannya pada sebuah menara di tengah hutan yang tersembunyi.
Kehidupan selama 18 tahun di menara selain membuat Rapunzel (disuarakan oleh Mandy Moore) bosan dan ingin menjelajah dunia luar, juga membuat rambutnya terurai sangat panjang. Takdir akhirnya membawa Flynn Ryder (disuarakan oleh Zachary Levi) menemui putri kerajaan yang hilang. Petualangan Rapunzel dan Flynn sang perampok akhirnya dimulai.
Walt Disney kembali mengemas Rapunzel; A Tangled Tale secara musikal, hal yang biasa dilakukan oleh Walt Disney terhadap film animasi. Seperti biasa, cerita yang kuat dan romantis menjadi andalan film yang diarahkan oleh duet sutradara Nathan Greno dan Byron Howard.
Beberapa adegan lucu yang menegangkan turut hadir disini, seperti saat Maximus, kuda kerajaan yang bertindak layaknya anjing pelacak mengejar Flynn yang baru saja mencuri mahkota kerajaan, adegan yang melibatkan keduanya selalu mengundang tawa. Tidak ketinggalan aksi Rapunzel dan rambut panjangnya akan menambah unsur aksi film ini.
Dengan balutan 3D yang dilengkapi teks bahasa Indonesia, Rapunzel; A Tangled Tale sangat cocok anda saksikan bersama keluarga (deri).
Film ini menjadi film box office pada tahun 2010
Dapatkan segera DVD film animasi "RAPUNZEL" di DREAM VISION HOME VIDEO [Sale dan Rental] yang telah tersedia...!
Pemain: Michaël Youn, Géraldine Nakache, Jimmy Jean-Louis, Didier Flamand, Catalina Denis, Natalia Dontcheva, Lord Kossity
Rating:
Sinopsis
Jangan pernah meremehkan Sam (Michaël Youn)! Ia akan melakukan apapun agar tugasnya terselesaikan dengan baik. Ia tak ragu melanggar peraturan lalu-lintas hanya untuk memastikan barang yang ia kirim sampai pada penerima tepat pada waktunya. Yang Sam tak tahu adalah bahwa pekerjaan ini juga yang bakal membawanya pada sebuah petualangan seru yang melibatkan para penjahat.
Sam adalah karyawan bagian pengiriman barang yang bekerja pada sebuah perusahaan ekspedisi yang punya slogan 'Pengiriman Cepat'. Tak ada sudut kota Paris yang tak pernah dijelajahi Sam. Mulai dari jalanan kota Paris yang berwarna-warni sampai rumah-rumah mode yang glamor, Montmartre hingga Champs-Elysées, trotoar jalanan kota sampai galeri-galeri mewah sudah menjadi tempat bermain Sam.
Meski Sam sudah berusaha keras namun tetap saja ia tak pernah mendapatkan penghargaan yang layak atas jerih payahnya. Berkali-kali sudah Sam dicurangi rekan-rekannya dan yang paling menjengkelkan lagi, Sam tak pernah bisa lolos dari ayahnya yang bekerja sebagai polisi yang selalu memberinya surat tilang setiap kali Sam melanggar peraturan lalu-lintas.
Itu semua belum seberapa, karena sebentar lagi Sam bakal mengalami petualangan seru! Tugas pengiriman kali ini bakal membawanya berurusan dengan hukum. Bukan soal pelanggaran kecil tapi benar-benar sebuah kejahatan. Review
EuropaCorp memang jagonya membuat film-film bertempo cepat. Kalau tak percaya, lihat saja film-film yang pernah diproduksi perusahaan punya Luc Besson ini. Tahun ini kita sempat dimanjakan dengan FROM PARIS WITH LOVE sementara tahun-tahun sebelumnya kita juga dibuat 'tegang' lewat DISTRICT 13: ULTIMATUM, ARTHUR AND THE REVENGE OF MALTAZARD, atau THE TRANSPORTER 3. Dan seperti bisa diduga, PARIS EXPRESS yang sejatinya berjudul COURSIER ini juga mengusung nuansa yang sama.
Bisa dibilang, PARIS EXPRESS ini adalah versi roda dua dari film TAXI yang sampai sekarang sudah dibuat sebanyak empat kali itu. Sebagai tambahan, TAXI juga rilisan EuropaCorp. Secara keseluruhan PARIS EXPRESS ini memang enak ditonton. Selain dibuat tegang oleh adegan-adegan seru di jalanan kota Paris, kita juga bisa menikmati pemandangan salah satu kota terindah di dunia ini.
Soal cerita, seperti kebanyakan film Perancis, selalu ada twist yang kadang susah diikuti. Tapi secara keseluruhan alur kisah yang ditawarkan PARIS EXPRESS ini masih cukup mudah dipahami. Pun akting para pemainnya yang juga tak buruk untuk ukuran film laga berbau komedi seperti ini.(kpl/roc)
Dapatkan segera DVD film "PARIS EXPRESS" di DREAM VISION HOME VIDEO [Sale dan Rental] yang telah tersedia...!
Judul: Sang Pencerah
Skenario: Hanung Bramantyo
Sutradara: Hanung Bramantyo
Pemain: Lukman Sardi, Slamet Rahardjo, Zaskia Adya Mecca, Giring
Allahu Akbar, Allahu Akbar." Puluhan orang membawa suluh berlari cepat. Siluetnya memenuhi jalanan Kampung Kauman, kawasan muslim dekat Keraton Yogyakarta. Penduduk menyingkir. Sebagian lagi hanya berani mengintip keramaian itu. Satu tempat mereka tuju: langgar kidul milik Ahmad Dahlan.
Para murid Dahlan yang sedang mengaji menghalangi massa yang mencari keberadaan sang guru. Tapi mereka kalah jumlah dan hanya bisa menyaksikan massa merangsek. Suasana begitu menegangkan. Al-Quran dibawa keluar, semua barang dirusak. Dan akhirnya, tiang-tiang penopang langgar ditarik beramai-ramai. Langgar runtuh. Teriakan kemenangan mengalahkan tangisan para murid dan istri Dahlan, Siti Walidah.
Tak lama, Ahmad Dahlan, diperankan Lukman Sardi, pulang. Dalam hujan deras, ia menyaksikan reruntuhan genting yang menaungi tempatnya mengajar. Siti Walidah (Zaskia Adya Mecca) yang melihat pemberangusan itu memayungi Dahlan. Sang guru lalu mengambil potongan Quran yang tercecer di tanah becek: surat Al-Ikhlas.
Inilah Sang Pencerah, sepenggal kisah Ahmad Dahlan (1868-1923), pendiri Muhammadiyah. Selama 109 menit, film yang memakan biaya Rp 12 miliar ini membawa kita kembali pada masa muda Dahlan hingga ia mendirikan Muhammadiyah. Suatu periode yang penuh diwarnai konflik. Sepanjang pemutaran film ditampilkan baku hantam pikiran dan fisik Dahlan.
Latar film dibuat Hanung berkisar di Yogyakarta yang masih terpengaruh ajaran Syekh Siti Jenar-sayang, penjelasan soal ini tak ada dalam film. Sejak lahir, Dahlan yang hidup di lingkungan Masjid Agung Keraton Yogyakarta sudah berhadapan dengan berbagai tradisi, seperti upacara tradisional Jawa nyadran, atau tedak siten yang memasukkan bayi dalam kandang pithik. Dahlan muda yang masih bernama Muhammad Darwis (Ihsan Tarore) bergolak menolak segala macam penyembahan yang menggunakan sesaji.
Sikap ini dipertahankan Dahlan setelah kembali dari belajar di Mekah. Sejak diangkat menjadi khatib, ia menggebrak dengan khotbah yang menyindir para kiai pendahulunya. Lalu Dahlan berencana mengubah arah kiblat di Masjid Agung karena perhitungannya menunjukkan bukan Arab yang dituju, melainkan Afrika. Di sinilah ia mulai konflik yang semakin tajam, terutama dengan Kiai Cholil Kamaludiningrat (Slamet Rahardjo). Dahlan dianggap mengancam suatu tatanan yang sudah berjalan berabad-abad. Ia dianggap kafir.
Di sinilah terlihat kemampuan sutradara sekaligus penulis naskah Hanung Bramantyo menjaga konsistensi penonton. Meski jalan cerita kadang terasa lambat, konflik yang cukup banyak tak terasa membosankan. Kadang diselingi lelucon tak terduga. Seperti ekspresi murid Dahlan, Sudja (Giring Nidji), mengancam temannya dengan hanya mengepalkan tangan.
Yang pasti, semua pemain menunjukkan seni peran yang cukup maksimal. Lihatlah Lukman Sardi yang wajahnya terasa teduh, atau Slamet Rahardjo yang seperti jahe tua-makin pedas. Tokoh-tokoh yang tampil sepintas, seperti Sujiwo Tejo atau Yati Surachman, juga tetap menunjukkan kelas mereka. Memang kadang pembabakan terasa sedikit meloncat. Tapi kepiawaian Hanung meramu seluruh adegan tetap membuat plot dan loncatan itu menjadi tak bermasalah lagi.
Hanung menegakkan sejumlah bangunan seperti Ka'bah dan set yang nyaris sama dengan Yogyakarta seabad silam. Salah satunya ia menyulap Kebun Raya Bogor menjadi Jalan Malioboro. Risetnya cukup kuat, bahkan untuk urusan kostum. Selama setahun waktu digunakan untuk menyiapkan wardrobe, pakaian-pakaian yang dipakai di zaman Dahlan, semua dijahit sendiri, bahkan detail motif batiknya diperhatikan.
Tata musik Sang Pencerah begitu hangat, kadang energetik. Sesuai dengan adegan, dan tidak asal tempel. Hanung berhasil melaksanakan resep Hollywood, musik membantu dramaturgi. Walhasil, sesuai dengan judulnya, daya pencerahan yang dimiliki film ini cukup kuat, terutama mengenalkan pemikiran Ahmad Dahlan. Bahkan bagi yang nonmuslim sekalipun.
Satu kekurangan yang agak terasa dalam film ini: sebagian besar cengkok pemain kurang njawani. Hanung dan Zaskia, misalnya, meski bermain apik dan kulit mereka sudah diperhitam, tetap terdengar aneh saat ngomong. Beberapa dialog juga mencampurkan bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa. Sesuatu yang wagu pada zamannya.
************
Selama ini, bila melihat foto-foto Ahmad Dahlan, kita selalu mendapati sosok tua berjenggot putih mengenakan sorban dan kacamata. Terlihat kolot dan angkuh. Terlihat pikiran-pikiran dan tindakannya sama sekali tidak progresif.
Salah satu kekuatan film ini adalah Hanung mampu mengubah citra kolot Ahmad Dahlan di foto-foto itu. Ia mampu menampilkan Ahmad Dahlan sebagai sosok anak muda yang progresif. Ia mampu mengirimkan imajinasi kepada kita bahwa tindakan-tindakan Dahlan-100 tahun lalu-itu begitu revolusioner, sesungguhnya.
Hampir semua adegan berupa fakta, kecuali kehidupan Darwis sebelum berangkat ke Mekah. "Tidak ada catatan sejarah soal masa muda Darwis," kata Hanung. Sekitar sepuluh buku atau catatan dijadikannya referensi dalam penyusunan adegan. Hanung mewawancarai ahli Muhammadiyah dan berkutat dengan sejumlah referensi, seperti karya-karya penulis buku dan aktivis Muhammadiyah, Abdul Munir Mulkan, serta catatan murid Dahlan, Sudja. Naskah film sampai diperbaiki 12 kali.
Hasilnya luar biasa. Hanung menghadirkan keutuhan sosok dan pemikiran Dahlan yang begitu dinamis pada masanya-yang kemudian melahirkan keterasingan bagi Dahlan dan murid-muridnya. Meski menolak sesajen, ternyata Dahlan tak menolak tahlilan atau syukuran pernikahan. Ia juga terbuka terhadap pandangan lain, termasuk menerima orang nonmuslim, meski baru sebatas kata lisan dalam film ini. Hanung juga menghadirkan sisi lain Dahlan yang mampu bermain biola dan nembang yang sekaligus menunjukkan perhatiannya pada seni dan tradisi. Dahlan ternyata kaya warna hidupnya, itu yang banyak tidak kita ketahui.
Yang menarik, Hanung tak terjebak menampilkan Dahlan sebagai sosok manusia super yang tak pernah salah. Sikap Dahlan yang terasa abege saat bertemu dengan Siti Walidah muda, pesimistis setelah langgar dibakar, atau kemarahannya saat menghadapi para penudingnya sebagai kafir menunjukkan sisi manusiawi keturunan ke-12 Maulana Malik Ibrahim alias Sunan Gresik tersebut.
Intelektual Muhammadiyah, Muslim Abdurrahman, menyebut Dahlan sesungguhnya sosok yang pluralis dan humanis. Ide sosial Dahlan, kata Muslim, justru tak ditimba dari kehidupan di Arab. Muslim mencontohkan, Dahlan kerap berdiskusi dengan sejumlah pastor di Magelang. Konsep pendidikan ala Muhammadiyah yang dikembangkan Dahlan juga meniru sekolah Katolik. "Ada pelajaran umum sekaligus agama. Ahmad Dahlan kuat dalam pemurnian, tapi juga terbuka pada gagasan dari luar," kata Muslim.
Memang, menurut Muslim, sebagian pihak menilai Muhammadiyah terlalu skriptural dalam memaknai Al-Quran. Tapi ini juga menunjukkan kekuatan rasionalitas kaum Muhammadiyah. Melalui film ini, orang bisa melihat bahwa pikiran-pikiran Ahmad Dahlan cukup terbuka. "Sekarang entah kenapa seolah-olah Muhammadiyah menjadi tertutup dan eksklusif," kata Muslim, yang dekat dengan almarhum Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Jadi tak salah Ahmad Dahlan difilmkan. Paling tidak, seperti kata Hanung, sosok Dahlan bisa dikenal tak hanya sebagai nama jalan. "Bahkan sekarang lebih terkenal Ahmad Dhani," dia berseloroh.
(Dari Majalah Tempo Edisi 13 September 2010)
Dapatkan segera VCD film "Sang Pencerah" di DREAM VISION HOME VIDEO [Sale dan Rental] yang telah tersedia...!
Sinopsis
Siapa yang tak gemas melihat empat bayi lucu yang ada di dalam film ini. Mereka tak saling kenal. Tak ada yang mengatur mereka. Semuanya terjadi dengan wajar dan apa adanya. Mungkin tak banyak yang dilakukan keempat bayi ini tapi dalam kesederhanannya, empat bayi ini bisa memberi inspirasi bahwa kita semua sebenarnya terlahir dalam keadaan polos, lugu, dan tanpa prasangka.
Ponijao adalah bayi yang terlahir di Opuwo, Namibia sementara Bayarjargal tinggal bersama keluarganya di Mongolia, dekat Bayanchandmani. Di saat yang sama, Mari adalah putri sepasang suami-istri yang tinggal di Tokyo dan Hattie terlahir di San Fransisco. Tak ada sedikit pun kesamaan pada keempat bayi ini, kecuali keluguan dan keingintahuan mereka pada apapun yang ada di sekitar mereka.
Sutradara Thomas Balmès merancang konsep mengabadikan satu tahun pertama dalam kehidupan empat bayi ini secara bersamaan, tanpa skenario ataupun manipulasi gambar. Semuanya digambarkan apa adanya. Meski orang tua mereka selalu ada di sekitar mereka namun yang jadi bintang dalam film berjudul BABIES ini jelas adalah keempat bayi lucu ini. Review
Bisa jadi ide awal Thomas Balmès membuat film ini adalah karena belum adanya film dokumenter yang menyorot kehidupan manusia. Film dokumenter yang berusaha mengungkap kehidupan binatang jelas sangat mudah didapat tapi bagaimana dengan proses pertumbuhan manusia? Belum ada kan? Jadi dari sisi ide dasar ini saja Thomas Balmès sudah layak mendapat acungan dua jempol. Selain itu, ditengah banyaknya film dokumenter yang notabene membawa dampak 'depressing' buat penonton, yang satu ini layak untuk dicoba.
Berbeda dengan kebanyakan film dokumenter yang biasanya disertai narasi, BABIES ini sama sekali tanpa narasi. Penonton dibiarkan mengamati sendiri gambar hidup yang bergerak dihadapannya. Tanpa dijejali narasi yang 'mengarahkan' jelas penonton jadi berusaha menafsirkan sendiri apa yang sedang ia saksikan. Tak ada paksaan. Malahan bisa dibilang, kita dikondisikan untuk mengalami sendiri proses yang dialami keempat bayi ini saat mereka sedang berusaha mengeksplorasi alam di sekitarnya dengan penuh rasa ingin tahu.
Ide ini memang jenius, tapi di saat yang bersamaan, rasa bosan juga tak bisa dihindarkan. Ada kesan sedang menyaksikan home video. Awalnya memang menarik namun melewati pertengahan, bisa jadi sebagian penonton sudah mulai merasa jenuh, apalagi sama sekali tak ada alur kisah dalam film ini.
Film ini bisa jadi memang mendokumentasikan keempat bayi yang disebut di atas namun di saat yang bersamaan, kita juga berkesempatan melihat budaya di keempat lokasi yang berbeda itu. Pemilihan lokasi pun sepertinya sudah dipertimbangkan baik-baik. Tokyo dan San Fransisco mewakili dua peradaban modern yang dikontraskan antara Timur dan Barat sementara Mongolia dan Namibia notabene mewakili area yang masih belum terlalu modern. Ada banyak kontras dalam film ini dan ada baiknya jika menonton tanpa prejudice dengan begitu pesan yang ingin disampaikan Thomas Balmès lebih bisa mengena.(kpl/roc)
Dapatkan segera DVD fim "BABIES" di DREAM VISION HOME VIDEO [Sale dan Rental] yang telah tersedia...!
Pemain: Will Ferrell, Brad Pitt, Jonah Hill, Tina Fey, David Cross
Rating:
Sinopsis
Seluruh penghuni Metro City tahu siapa Megamind (Will Ferrell). Penjahat super yang penuh dengan tipu daya ini memang selalu mengancam seluruh isi kota Metro. Kalau tak ada Metro Man (Brad Pitt), entah apa jadinya Metro City. Sayangnya, keadaan akan segera berubah. Tak ada lagi yang akan membela penghuni Metro City karena Megamind punya rencana keji untuk menghabisi Metro Man.
Dengan rencana yang matang, rencana menghabisi Metro Man pun berhasil dan kini warga Metro City tak lagi punya superhero yang akan melindungi mereka. Celakanya, berhasil membunuh Metro Man ternyata malah mendatangkan masalah baru buat Megamind. Tanpa Metro Man, artinya tak ada lagi yang bisa menghalangi Megamind. Kini, Megamind seolah kehilangan tujuan hidup.
Megamind memang bukan sembarang penjahat super. Ia jenius dan tak mudah menyerah. Tak ingin kehilangan tujuan hidup, Megamind pun menciptakan seorang superhero baru yang punya kekuatan jauh lebih hebat dari Metro Man. Megamind menyebutnya Titan (Jonah Hill). Tapi tak lama kemudian, masalah baru datang. Titan bosan menjadi superhero dan bermaksud menjadi penjahat super seperti Megamind. Bedanya, kalau Megamind bermaksud menguasai dunia, Titan justru bermaksud memusnahkannya. Sekarang, peran jadi berbalik, Megamind harus berusaha sekuat tenaga untuk mencegah niat buruk Titan. Review
Ada apa dengan para superhero? Sepertinya belakangan ini memang makin banyak saja film yang mengangkat tema para pembela kebenaran. Selain munculnya superhero-superhero lawas seperti Batman dan Superman, masih bermunculan superhero Marvel yang bakal menghiasi layar perak sampai beberapa tahun ke depan. Di luar itu, masih ada beberapa superhero alternatif seperti Hancock dan kali ini muncul film bertema sama meski alur yang ditawarkan sama sekali menyimpang dari pakem film superhero. MEGAMIND memang mengingatkan pada film DESPICABLE ME yang dilansir Universal Pictures tahun ini juga. Meski tak sama persis namun alur yang ditawarkan nyaris sama, tokoh antagonis yang pada akhirnya beralih pihak menjadi tokoh antagonis. Namun justru inilah kekuatan MEGAMIND dengan konsep yang dulu nyaris mustahil ini Tom McGrath, sang sutradara berhasil menyajikannya sebagai hiburan yang layak dikonsumsi seluruh keluarga.
Pada dasarnya naskah film ini sendiri memang sudah cukup kuat jadi tak terlalu sulit rasanya buat Tom untuk membuat visualisasi yang pas dari naskah karya duo Alan J. Schoolcraft dan Brent Simons ini. Selain itu, tentu saja peran para pengisi suara seperti Will Ferrell, Tina Fey, Justin Long, Jonah Hill, sampai Brad Pitt yang sebenarnya hanya kebagian peran kecil pun sangat memuaskan. Masing-masing mampu menghembuskan roh ke dalam karakter animasi yang dibuat oleh DreamWorks Animation dan Pacific Data Images ini. Soal animasi, sepertinya tak ada yang perlu dikeluhkan dari hasil kerja keras DreamWorks ini.(kpl/roc)
Dapatkan segera DVD film "MEGAMIND" di DREAM VISION HOME VIDEO [Sale dan Rental] yang telah tersedia...!
Pemain: Denzel Washington, Chris Pine, Rosario Dawson
Rating:
Sinopsis:
Takdir memang kadang tak bisa dimengerti. Takdir pula yang mempertemukan Frank Barnes (Denzel Washington) dan Will Gordon (Chris Pine) dalam sebuah petualangan panjang menyelamatkan banyak nyawa dari ancaman sebuah kereta maut. Tanpa mereka berdua, kereta api yang mengangkut bahan kimia ini bakal mengancam seluruh warga kota.
Frank adalah mekanik senior di perusahaan kereta api sementara Will adalah seorang kondektur muda yang juga bertugas di tempat Frank. Suatu ketika, saat Frank dan Will bertugas bersama, tersiar kabar kalau ada kereta yang tak bisa dikendalikan dan mengancam seluruh isi kota. Kereta ini tak bisa dihentikan karena tak ada awak kereta yang menjalankan gerbong maut ini.
Berbekal pengalamannya selama bertugas, Frank mengajak Will untuk berusaha menghadang kereta maut yang berisi bahan kimia berbahaya ini sebelum terguling dan menjadi ancaman buat semua orang. Ini bukan usaha mudah karena tak ada orang yang setuju pada rencana Frank yang dianggap ingin menjadi pahlawan. Hanya Will yang bersedia ikut dalam misi bunuh diri ini meskipun Will tak pernah akrab dengan Frank. Review
Anda bisa saja menganggap UNSTOPPABLE ini hanya sekedar film tapi pada saat muncul tulisan 'inspired by true events' muncul di layar, mau tak mau Anda akan merasakan ikatan yang lebih kuat dengan film ini sendiri. Meskipun film ini bukan sepenuhnya dibuat berdasar kisah nyata tapi perasaan tegang karena perasaan bahwa film ini kurang lebih menggambarkan kejadian nyata yang pernah terjadi pasti akan muncul.
Bukan hanya itu, Tony Scott, sang sutradara juga pintar meramu berbagai unsur untuk meningkatkan tensi dari film itu sendiri. Berbagai cara dilakukan Tony meski sebenarnya trik-trik itu sama sekali bukan barang baru. Mulai dari gambar yang pudar, pengambilan gambar yang sedikit bergerak-gerak, sampai pemotongan adegan yang tak mulus semuanya dimanfaatkan Tony untuk membuat penonton tegang. Hasilnya memang memuaskan karena Tony cukup jeli untuk tak mengobral trik tadi sampai memunculkan rasa bosan.
Tentu saja itu jadi tak ada artinya kalau para pemeran film ini tak cukup mumpuni. Dan ini adalah tugas dari Denzel Washington dan Chris Pine. Akting dua orang ini memang tak perlu lagi diragukan. Anda jelas sudah melihat sebagian besar film yang dibintangi Denzel sementara Chris Pine juga bermain cemerlang lewat STAR TREK. Tapi bukan hanya itu masalahnya. Di film ini Denzel dan Chris bermain sangat kompak. Ada chemistry yang terbentuk di antara kedua aktor ini. Ditambah lagi kepiawaian Rosario Dawson mengolah momen, raut muka, dan nada bicara, lengkap sudah UNSTOPPABLE ini jadi tontonan yang memuaskan.(kpl/roc)
Dapatkan segera DVD film "UNSTOPPABLE" di DREAM VISION HOME VIDEO [Sale dan Rental] yang telah tersedia...!
Film The Next Three Days ini dibintangi oleh aktor Russell Crowe (John Brennan) dan artis cantik Elizabeth Banks (Lara Brennan).
lihat The Next Three days movie trailer
Cinta itu buta nampaknya menjadi pepatah yang cocok untuk Russell Crow. Apapun dilakukannya demi sang istri dengan menghalalkan segala cara. Semuanya terjadi dalam film garapan Paul Haggis, The Next Three Days.
Awalnya John Brennan (Russel Crow) mempunyai kehidupan yang sempurna bersama istrinya, Lara Brennan, dan putranya, Luke (Ty Simpkins), sampai akhirnya semua berubah seketika saat sang istri ditangkap dengan tuduhan tersangka pembunuhan.
Tidak percaya dengan hal tersebut, John melakukan berbagai cara untuk membuktikan bahwa istrinya tidak bersalah dan mencoba mengajukan banding, namun ditolak. John tidak putus asa, sampai ia gelap mata dengan menghalalkan berbagai cara untuk membebaskan istri yang sangat dicintainya.
John bukanlah penjahat hebat yang bisa menerobos penjara dengan penjaga yang super ketat. Namun John menghiraukannya dengan menyusun berbagai siasat dengan memasuki dunia yang mengancam nyawanya. Semua dilakukan demi sang istri tercinta.
Paul Haggis sebagai sutradara sekaligus penulis dalam film produksi Maple Pictures ini berhasil mengemasnya dengan baik. Berbagai adegan dibalut dengan adegan yang dramatis. Rasa cintanya kepada sang istri yang begitu kuat bisa Anda rasakan lewat adegan yang digambarkan Russel Crow saat menjenguk di penjara dan melakukan berbagai cara untuk membebaskan istrinya.
Tidak hanya itu Haggis juga akan menggambarkan betapa terkoordinirnya dan cekatan kepolisian Amerika Serikat dalam menangani sebuah kasus, tidak lepas juga ketika aksi mengejar John melarikan diri istrinya dari kejaran polisi.
Anda akan merasakan ketegangannya mulai dari John mencoba berbagai taktik untuk bisa membawa kabur istrinya ketika dibawa ke rumah sakit, stasiun, sampai bandara. Aksi heroik John semakin terasa ketika adegan dibalut dengan lagu dari Moby, The Like, dan Lost In The Trees. (eM_Yu)
Dapatkan segera DVD film "The Next Three Days" di DREAM VISION HOME VIDEO [Sale dan Rental] yang telah tersedia...!
The Chronicles of Narnia: The Voyage of the Dawn Treader (2010)
Film The Cronicles of Narnia : the voyage of the dawn treader dibintangi oleh Gergie Henley (Lucy Pevensie), Skandar Keynes (Edmund Pevensie), Ben Barnes (Caspian)
lihat The Chronicles of Narnia: The Voyage of the Dawn Treader movie trailer
Kali ini berkisah tentang Edmund dan Lucy Pevensie, bersama dengan sepupu mereka, Eustace Scrubb – masuk kedalam lukisan ke sebuah kapal menuju ujung dunia Narnia yang sangat fantastis
Kembali bergabung bersama teman-teman prajurit kerajaan Pangeran Caspian dan tikus Reepicheep, mereka menuju misi misterius ke Kepulauan Lone. Perjalanan penuh magis ini akan menguji hati dan semangat ketiganya menghadapi penyihir Dufflepuds, seorang pedagang budak yang jahat, raungan naga serta putri duyung yang memesona. Satu-satunya rute menuju Negara Aslan yang belum dipetakan - perjalanan akan takdir setiap awak kapal Dawn Treader - dapat menyelamatkan Narnia dan semua makhluk luar biasa di dalamnya dari nasib yang tak terduga.
Soundtract film in adalah lagu There's a place for Us yang ditulis dan dinyanyikan oleh penyanyi terkenal Carrie Underwood
Film ini menjadi film box office pada tahun 2010
Produksi :
- 20th Century Fox
Hollywood Actress/actor :
- Liam Neeson
- Skandar Keynes
- Georgie Henley
- Ben Barnes
- Will Poulter
- Eddie Izzard
The Chronicles of Narnia: The Voyage of the Dawn Treader (2010)
Setelah sukses dengan The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe di tahun 2005 dan dilanjutkan dengan The Chronicles of Narnia: Prince Caspian pada 2008. Walden Media bersama 20th Century Fox yang mengambil alih produksi The Chronicles of Narnia dari tangan Walt Disney Pictures, akhirnya merilis film ketiga dari seri The Chronicles of Narnia dengan judul The Voyage of the Dawn Treader.
Setelah petualangan terakhir Pensive bersaudara di Narnia, kisah berlanjut dengan dua tokoh utama sebagai fokus film ini. Edmund Pevensie (Skandar Keynes) dan Lucy Pevensie (Georgie Henley). Keduanya harus tinggal bersama di rumah pamannya di Inggris bersama sepupunya Eustace Scrubb (Will Poulter).
Petualangan bermula saat sebuah lukisan di sebuah kamar membawa ketiga saudara ini kembali ke Narnia. Eustace yang tidak percaya dengan dongeng harus menerima kenyataan bahwa dirinya sedang di sebuah negeri yang belum pernah dibayangkan sebelumnya. Bertiga mereka akhirnya diselamatkan oleh Caspian (Ben Barnes), yang saat itu telah menjadi raja dari Narnia.
Edmund dan Lucy yang sangat senang bisa kembali ke Narnia akhirnya harus kembali berpetualang bersama Caspian untuk menyelamatkan Narnia dari sebuah kekuatan magis yang mengancam kerajaan itu. Dengan sebuah kapal warisan sang ayah, The Dawn Treader, mereka mencari tujuh bangsawan yang membawa tujuh pedang untuk dikumpulkan dan diletakkan di meja Aslan agar kekuatan jahat bisa dikalahkan.
The Chronicles of Narnia: The Voyage of the Dawn Treader memang tidak sekompleks dua film terdahulunya. Michael Apted yang menggantikan posisi Andrew Adamson sebagai sutradara membuat cerita The Voyage of the Dawn Treader lebih sederhana dan ringan. Penggambaran Narnia kali ini lebih banyak pada kapal The Dawn Treader yang mengarungi luasnya lautan Narnia untuk mencari tujuh pedang dan mendatangi negeri Aslan.
Walau kehadiran Peter Pevensie (William Moseley) dan Susan Pevensie (Anna Popplewell) hanya sebagai cameo di sini, tidak mengurangi ketegangan serta aksi petualangan yang seru dan menguji kekuatan mental serta rasa persahabatan para awak The Dawn Treader. (deri)
Dapatkan segera DVD film "The Chronicles of Narnia: The Voyage of the Dawn Treader" di DREAM VISION HOME VIDEO [Sale dan Rental] yang telah tersedia...!